Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Karyawan Gunarso Tancap Gas Siapkan Strategi Ketahanan Pangan di Jakarta
Umum
10 jam yang lalu
Karyawan Gunarso Tancap Gas Siapkan Strategi Ketahanan Pangan di Jakarta
2
Pj Gubernur DKI Canangkan Kampung Siaga TBC
Umum
10 jam yang lalu
Pj Gubernur DKI Canangkan Kampung Siaga TBC
3
Kesit Budi Handoyo Segera Dilantik sebagai Ketua PWI Jaya, Ucapan Selamat Mengalir Deras
Umum
10 jam yang lalu
Kesit Budi Handoyo Segera Dilantik sebagai Ketua PWI Jaya, Ucapan Selamat Mengalir Deras
4
Fabianne Nicole, Miss Universe Indonesia Rilis Single Perdana 'Cinta Yang Salah'
Umum
4 jam yang lalu
Fabianne Nicole, Miss Universe Indonesia Rilis Single Perdana Cinta Yang Salah
5
Afgan Ikut Jadi Bintang Tamu dalam Konser David Foster
Umum
4 jam yang lalu
Afgan Ikut Jadi Bintang Tamu dalam Konser David Foster
6
PWI Jaya Mulai Siapkan Ajang Anugerah MHT Award 2024
Umum
3 jam yang lalu
PWI Jaya Mulai Siapkan Ajang Anugerah MHT Award 2024

Presiden Prancis Peringatkan Trump, Tak Ada Perdamaian Bila Rakyat Palestina Ditindas

Presiden Prancis Peringatkan Trump, Tak Ada Perdamaian Bila Rakyat Palestina Ditindas
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (int)
Rabu, 26 September 2018 08:00 WIB
NEW YORK - Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, bahwa perdamaian tidak akan pernah terwujud bila penindasan terhadap rakyat tidak dihentikan.

Ditegaskannya, prakarsa sepihak tidak akan menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Ia pun menolak klaim sepihak dukungan AS ke Israel atas Yerusalem.

''Apa yang bisa menyelesaikan krisis antara Israel dan Palestina? Bukan inisiatif sepihak, atau menginjak-injak hak-hak sah rakyat Palestina untuk melegitimasi perdamaian atau meremehkan hak adil Israel atas keamanan. Tidak ada alternatif yang kredibel untuk solusi dua-negara yang hidup berdampingan dalam damai dan keamanan dengan Yerusalem sebagai ibu kota," kata Macron, seperti dikutip dari republika.co.id, yang mengutip dari reuter.

Ketegangan meningkat sejak Desember tahun lalu, saat presiden Amerika Serikat (AS)  mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AS kemudian memindahkan Kedutaan Besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Langkah Trump membuat marah orang-orang Palestina yang sejak itu memboikot upaya perdamaian Washington. Namun Pemerintah Trump mengaku akan mendukung solusi dua negara jika kedua belah pihak setuju.

Yerusalem adalah salah satu masalah utama dalam konflik Israel-Palestina. Israel menganggap semua Yerusalem menjadi ibu kota mereka klaim yang tidak diterima secara luas secara internasional. Palestina menginginkan bagian timur kota sebagai ibu kota negara masa depan.

AS juga telah menghentikan bantuan kepada Palestina dan  badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). AS juga telah memerintahkan kantor Organisasi Pembebasan Palestina di Washington ditutup. Kebijakan ini semakin membuat marah para pemimpin Palestina.

Macron mengatakan Paris memiliki persahabatan yang erat dengan Israel. Tetapi ia meminta Israel untuk mengakhiri kebijakan yang  dapat merusak perjanjian damai. ''Melanjutkan jalan ini akan menjadi kesalahan,'' katanya.

Pejabat Prancis dan Eropa mengaku mereka memiliki sedikit ruang untuk melakukan manuver pada proses perdamaian Timur Tengah. Namun, dalam pembicaraan dengan Trump pada Senin, Macron mengatakan kepada Trump bahwa kebijakannya untuk memberikan tekanan pada Palestina tidak dapat dilanjutkan. Ia mendesak agar solusi segera ditemukan.

Pernyataan Macron diamini oleh Raja Yordania Abdullah. ''Tidak ada yang namanya perjanjian sepihak; dibutuhkan setidaknya dua pihak untuk membuat kesepakatan. Membantu para pihak mencapai kesepakatan itu, dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang baru, layak mendapat dukungan kuat dan mantap dari seluruh dunia kita,'' kata Raja Abdullah.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/