Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
21 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
2
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
21 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
3
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Umum
20 jam yang lalu
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
4
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
Umum
21 jam yang lalu
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
5
Dinas Kebudayaan DKI Luncurkan Aplikasi SI-GAYA
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Dinas Kebudayaan DKI Luncurkan Aplikasi SI-GAYA
6
Sekda DKI Jakarta Buka Bimtek Antikorupsi Bagi ASN
Pemerintahan
5 jam yang lalu
Sekda DKI Jakarta Buka Bimtek Antikorupsi Bagi ASN

Harga Minyak Sawit Terendah Sejak 2015, Ini Penyebabnya

Harga Minyak Sawit Terendah Sejak 2015, Ini Penyebabnya
Tandan buah segar kelapa sawit. (bisnis.com)
Jum'at, 28 Juni 2019 16:19 WIB
JAKARTA - Di tengah kekhawatiran kurangnya permintaan ekspor, minyak kelapa sawit berjangka memperpanjang penurunan harga ke level terendah sejak 2015.

Dikutip dari bisnis.com, pelemahan juga dipicu oleh penurunan harga minyak bumi, sehingga mengurangi daya tarik komoditas tropis itu dalam biofuel.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.41 WIB, harga minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,10% atau 2,00 poin ke posisi 1.961 ringgit per ton.

Harga crude palm oil ini sebelumnya dibuka stabil pada level 1.963 ringgit per ton. Level itu  merupakan terendah sejak Agustus 2015.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate masih melemah 0,45% atau 0,27 poin ke level US$59,16 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent melemah 0,42% atau 0,28 poin ke level US$66,27 per barel.

Sementara itu, perhatian pasar terfokus pada pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang, Sabtu (28/6/2019).

Pelaku pasar masih bimbang dengan pertemuan itu, apakah dapat menyelesaikan konflik dagang kedua negara.  

Kabar buruk lainnya, adalah kenyataan kelapa sawit akan memulai siklus produksi tinggi musiman, dan yang selanjutnya dapat menambah pasokan global.

Marcello Cultrera, manajer penjualan institusional di Phillip Futures Sdn di Kuala Lumpur mengatakan bahwa dengan produksi sawit Indonesia terlihat naik sekitar 3 juta metrik ton pada tahun ini hingga September, harga berada di bawah tekanan.

''Prospek minyak sawit bearish. Harga minyak sawit berjangka Malaysia akan bertahan antara 1.850 ringgit hingga 2.150 ringgit hingga Oktober, dan setelah itu akan diperdagangkan lebih tinggi hingga 2.300 ringgit paling banyak.''***

Editor:hasan b
Sumber:bisnis.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/