Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Olahraga
23 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
Umum
21 jam yang lalu
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
3
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
4
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
DKI Jakarta
23 jam yang lalu
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
5
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
Umum
18 jam yang lalu
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
23 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan

Harga Sawit dan Karet Diprediksi Sulit Naik, Ini Penyebabnya

Harga Sawit dan Karet Diprediksi Sulit Naik, Ini Penyebabnya
Tandan buah sawit. (int)
Jum'at, 01 Januari 2016 18:53 WIB
JAKARTA - Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih memprediksi beberapa komoditas pertanian masih mengalami penurunan harga di pasar internasional tahun ini. Terutama untuk harga karet yang diprediksi masih sulit untuk merangkak naik.

Menurut Henry, Indonesia masih mengandalkan beberapa komoditas pertanian untuk kepentingan ekspor, seperti kopi, sawit, dan karet. Namun di akhir 2015 harga beberapa komoditas, seperti karet dan sawit, terus merosot.

Menurut Henry, harga karet akan terus merosot di 2016 ini. Pasalnya, dari sisi luasan, perkebunan karet di Indonesia masih kalah saing dibandingkan negara tetangganya. Saat ini Kamboja, Myanmar, dan Laos misalnya, melakukan pendekatan comparative advantage. "Negara-negara tersebut telah menanam ribuan hektare karet."

Sawit juga, menurut Henry, akan mengalami persaingan yang cukup berat di 2016. Pasalnya saat ini sudah banyak negara yang ikut menanam sawit.

Turunnya harga, Henry melanjutkan, merugikan petani karena kedua komoditas ini masih menjadi andalan. "Jangan kira karena ekspor tinggi petani kita diuntungkan, sebenarnya petani kita tengah tertekan," kata Henry saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 1 Januari 2016.

Henry menawarkan solusi, yakni untuk berfokus pada produksi dalam negeri. Namun produksi harus berdasarkan kemampuan dalam negeri. "Jangan sampai pakai benih dari luar negeri," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor karet dari Januari hingga Oktober 2015  mengalami penurunan. Harga karet di Oktober mencapai US$ 1.418 juta, turun 16 persen dibandingkan periode sama tahun lalu senilai US$ 1.702 juta.***

Editor:sanbas
Sumber:kompas.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/