Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
2
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
22 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
3
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
4
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
22 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
5
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
6
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Olahraga
17 jam yang lalu
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series

Yakin Kiamat Sudah Dekat, 52 Warga Desa Watubonang Eksodus ke Ponpes di Malang

Yakin Kiamat Sudah Dekat, 52 Warga Desa Watubonang Eksodus ke Ponpes di Malang
Salah satu rumah warga di Desa Watubonang. (kumparan.com)
Kamis, 14 Maret 2019 10:06 WIB
MALANG - Sebanyak 52 warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, Jawa Timur, eksodus ke sebuah pondok pesantren (Ponpes) di Kabupaten Malang. Mereka mengungsi secara bertahap sejak sebulan lalu.

Dikutip dari merdeka.com, puluhan warga Watubonang itu memilih eksodus karena meyakini kiamat sudah dekat. Terakhir, warga Watubonang yang pindah ke Kabupaten Malang itu terjadi pada 7 Febuari 2019 lalu, tapi baru heboh dan viral di media sosial sejak beberapa hari terakhir.

Kabar ini membuat pihak kepolisian hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut turun tangan untuk mendalaminya.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengaku heran dengan doktrin kiamat tersebut, yang diterima masyarakat tanpa klarifikasi.

''Itu kerentanan masyarakat ketika menerima informasi-informasi yang mereka tidak sempat tabayyun, tidak sempat klarifikasi atau mereka salah referensi,'' kata Khofifah usai menjamu kader GP Ansor se-Jawa Timur yang menggelar penutupan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) di Grahadi, Surabaya, Kamis (14/3) dinihari.

Jadi lanjutnya, mereka warga yang menerima informasi tanpa tabayyun itu sudah punya ketaatan, kepercayaan, ketundukan kepada orang tertentu.

''Sehingga ketika orang yang merasa menjadi top reference dalam hidupnya itu menyampaikan sesuatu, ya sudah mereka langsung percaya, dianggap kebenaran,'' jelas dia.

Perlu Saling Sapa

Diingatkan mantan Menteri Sosial ini, diperlukan adanya saling sapa antar elemen, baik dari pemerintah, Ormas keagamanan maupun komponen-komponen masyarakat lainnya.

''Ini saya rasa fenomena-fenomena yang menjadikan kita semua harus makin banyak berkomunikasi dan bersapa dengan masyarakat,'' jelas Khofifah.

Sebelumnya, Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni juga mengaku prihatin dengan doktrin kiamat yang menimpa warganya, sehingga memilih pindah dan berlindung ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadi'in di Kabupaten Malang.

Bupati yang juga Ketua Bappilu DPW NasDem Jawa Timur ini juga menjelaskan, bahwa ke-52 warganya yang percaya doktrin kiamat sudah dekat sehingga memilih hijrah pondok pesantren di Ponorogo karena meyakini pondok pesantren itu aman dari kiamat. ''Mereka percaya akan ada kiamat dan kalau di pondok itu enggak ikut kiamat,'' sesalnya.

''Sesungguhnya kita sudah melakukan pembinaan sekaligus memberikan pemahaman, tapi ya sulit, mereka terlanjur percaya dan meyakini,'' sesalnya lagi.

Ipong pun berharap, semua pihak terkait ikut turun tangan untuk memberikan pembinaan. ''Jadi harus ada upaya yang serius dari Ormas-ormas keagamaan, MUI, Pemprov, Pemkab Malang,'' tandas Ipong.

Editor:hasan b
Sumber:merdeka.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/