Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
Olahraga
23 jam yang lalu
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
2
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
3
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Olahraga
19 jam yang lalu
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
4
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Umum
18 jam yang lalu
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
5
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
Pemerintahan
10 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
6
Shin Tae-yong: Gaya Meyerang dan Bertahan Uzbekistan Sama Baiknya
Olahraga
19 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Gaya Meyerang dan Bertahan Uzbekistan Sama Baiknya

Menolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan Australia karena Dianggapnya Rasis, Bocah Perempuan Usia 9 Tahun Dihukum

Menolak Nyanyikan Lagu Kebangsaan Australia karena Dianggapnya Rasis, Bocah Perempuan Usia 9 Tahun Dihukum
Harper Nielsen bersama ayah dan ibunya. (gladeobservr.com.au)
Rabu, 12 September 2018 11:30 WIB
BRISBANE - Seorang murid perempuan berusia 9 tahun di Brisbane, Australia, dilarang pihak sekolah bermain pada jam makan siang hari Jumat, sebagai hukuman atas tindakannya menolak menyanyikan lagu kebangsaan Australia saat upacara di sekolah.

Dikutip dari tribunnews.com, bocah bernama Harper Nielsen dari Kenmore South State School itu melakukan protes diam menentang lagu yang dikatakannya 'salah' tersebut.

''Ketika syair lagu itu mengatakan 'kita adalah bangsa yang masih muda' ini sama sekali mengabaikan warga asli Australia yang sudah ada di sini selama 50 ribu tahun.'' kata Harper.

''Ketika syair itu ditulis pada awalnya, Advance Austtalia Fair berarti advance (majulah) warga kulit putih Australia.''

Harper mengatakan kepada Radio ABC Brisbane bahwa dia kecewa karena mendapat hukuman karena menyampaikan keyakinannya.

''Saya merasa mereka sedang berusaha menghilangkan kuasa yang saya miliki dan itu membuat saya kecewa karena yang saya perjuangkan adalah kesamaan bagi semua orang,'' kata Harper.

Murid kelas 4 tersebut mengatakan keputusan untuk melakukan protes tersebut dilakukannya sendiri, walau masalah tersebut sudah pernah didiskusikan dengan orang tuanya.

Ayah Harper adalah Mark Nielsen, Associate Professor Bidang Psikologi di University of Queensland, yang mengatakan dia sepenuhnya mendukung pandangan putrinya.

''Dia sudah menunjukkan keberanian luar biasa untuk menyuarakan apa yang diyakininya, dan mau melakukan sesuatu berdasarkan keyakinan tersebut dan saya sangat bangga dia mau melakukannya,'' kata Mark.

Associate Professor Nielsen mengatakan meski sudah bertemu dengan pihak sekolah mendiskusikan masalah tersebut, pihak sekolah mengatakan aturan tidak mengizinkan putrinya terus melakukan protes.

''Mereka mengatakan dia harus berdiri atau harus meninggalkan wilayah tempat upacara,'' katanya.

Mark Nielsen mengatakan memaksa putrinya tunduk terhadap apa yang tidak disukainya atau bertentangan dengan apa yang sedang diperjuangkannya.

''Satu hal yang diharapkanya adalah adalah meningkatkan kesadaran dan membuat orang lain berpikir mengenai rasisme yang mengakar, dan bagaimana mereka merasa terhadap orang-orang yang merasakan hal tersebut,'' katanya.

Menanggapi kritik terhadap tindakan putrinya, Associate Professor Nielsen mengatakan penting sekali untuk memberikan kesempatan kepada semua orang untuk memperjuangkan apa yang diyakininya.

''Ini bukan sekedar seseorang ingin berbuat sesuatu tanpa dasar - ini adalah insiden yang sangat spesifik dimana ada alasan kuat dibelakang semuanya, yang berhubungan dengan hak asasi manusia,'' kata Mark Nielsen lagi.

''Ini bukan soal seseorang yang mengatakan dia tidak mau ikut pelajaran matematika.''

Ibu Harper, Yvette Miller, adalah Associate Professor di bidang Kesehatan Masyarakat di Queensland University of Technology.

Dalam sebuah pernyataan, Sekolah Negeri Kenmore South mengatakan sudah bertemu dengan keluarga murid untuk mendiskusikan masalah tersebut.

''Sekolah menghormati keinginan murid, dan memberikan alternatif lain untuk menyanyikan lagu kebangsaan,'' kata pernyataan tersebut.

''Sekolah negeri sudah memiliki standar perilaku yang jelas yang diharapkan dari para murid.''***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.om
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/