Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
20 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
2
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
24 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
3
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
23 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
4
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
21 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
5
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
21 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
20 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23

Bulog Akan Musnahkan 20.000 Ton Beras Senilai Rp160 Miliar, Emil Salim Sebut Bukti Kekeliruan Kebijakan Pangan

Bulog Akan Musnahkan 20.000 Ton Beras Senilai Rp160 Miliar, Emil Salim Sebut Bukti Kekeliruan Kebijakan Pangan
Emil Salim. (tempo.co)
Rabu, 04 Desember 2019 20:33 WIB
JAKARTA - Perum Bulog berencana memusnahkan 20.000 ton beras senilai Rp160 miliar, karena mengalami penurunan mutu. Rencana Bulog tersebut dikritik ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Emil Salim.

Dikutip dari republika.co.id, Emil Salim mengatakan, pemusnahan beras tersebut membuktikan adanya kekeliruan dalam kebijakan pangan di Indonesia.

''Ini kan berarti kebijakan pangan, produksi pangan, perdagangan pangan dan impor pangan tidak berada pada jalur yang benar,'' kata dia di Jakarta, Selasa (3/12).

Ia mempertanyakan hal yang menyebabkan stok-stok beras yang berada di Bulog itu menjadi busuk. Sebab hal itu menunjukkan perkiraan untuk pengadaan stok beras keliru sehingga tidak terpakai.

''Pihak yang dirugikan atas hal ini tentu termasuk petani. Apalagi kalau ada impor, tentu nantinya akan memengaruhi harga dan itu merugikan petani," kata guru besar Universitas Indonesia itu.

Bahkan, ia mengatakan dirinya memerhatikan nilai yang diterima petani dalam empat tahun terakhir lebih kecil dari yang dibayarkan termasuk biaya hidup.

Sehingga dalam empat tahun terakhir, nilai tukar petani justru merugikan petani itu sendiri. Ini yang perlu diperbaiki ke depan.

Selain itu, dalam keadaan merugikan petani, harga beras Indonesia di luar negeri malah menunjukkan angka lebih mahal dibandingkan beras Vietnam. Sehingga hal itu cukup membingungkan.

''Nah kalau di sini petani rugi sedangkan beras dijual lebih mahal di luar negeri, lalu surplusnya ke mana? Ditambah lagi stok beras lantas juga dimusnahkan,'' ujar dia.

Keadaan tersebut seharusnya perlu dikaji lebih jauh. Karena ditakutkan terdapat hal-hal yang tidak beres, termasuk kajian terkait penyebab stok beras sampai tidak layak dan mesti dimusnahkan.

Termasuk pula kaitannya dengan ada tidaknya impor beras beserta harga yang ditetapkan atas beras Indonesia di dalam dan di luar negeri juga perlu dikaji.

Sebelumnya, Perum Bulog meminta Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran kepada BUMN tersebut untuk kebijakan disposal atau pembuangan beras yang sudah mengalami penurunan mutu.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh menyebutkan setidaknya 20.000 ton beras dari stok cadangan beras pemerintah akan dimusnahkan.

Stok beras tersebut senilai Rp160 miliar dengan rata-rata harga pembelian di petani Rp 8.000 per kilogram.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/