Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
14 jam yang lalu
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
2
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
3
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
Olahraga
12 jam yang lalu
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
4
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
Olahraga
12 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
5
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Umum
8 jam yang lalu
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
6
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Olahraga
8 jam yang lalu
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus

Pengobatan Batuk, Pilek dan Flu Tidak Memerlukan Antibiotik

Pengobatan Batuk, Pilek dan Flu Tidak Memerlukan Antibiotik
Ilustrasi. (int)
Jum'at, 16 November 2018 06:09 WIB
JAKARTA - Banyak dokter cenderung meresepkan antibiotik untuk pasien penderita batuk, pilek dan flu. Padahal, untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut tidak diperlukan antibiotik.

Dikutip dari okezone.com, merujuk pada fungsi dasar antibiotik itu sendiri, obat ini bekerja melawan bakteri penyebab penyakit. Makanya, dengan keberadaan antibiotik di dalam tubuh, biasanya bakteri akan mati.

Namun seperti diterangkan dokter spesialis mikrobiologi klinik Dr dr Budiman Bela, SpMK, tidak semua penyakit memerlukan antibiotik.

''Batuk, pilek, dan flu itu tidak perlu menggunakan antibiotik. Kemudian, untuk diare, kalau memang disertai dengan demam, ini ada kemungkinan dikarenakan infeksi virus. Tapi, tetap perlu pengecekan lebih lanjut untuk memastikan penggunaan antibiotik,'' terang dr Budimanan pada Okezone di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Kamis (15/11/2018).

Karena itu, ketika diresepkan antibiotik oleh dokter, pasien punya hak untuk menolak obat antibiotik. ''Itu adalah hak pasien untuk menolak menerima antibiotik pada resep dokter,'' sambungnya.

Di lain sisi, beberapa penyakit seperti tifus dan demam berdarah, yang mana ini merupakan penyakit yang dikarenakan infeksi bakteri, perlu menggunakan antibiotik. ''Intinya, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang memang seharusnya menggunakan antibiotik,'' ujar dr Budiman.

Perlu diketahui, penggunaan antibiotik yang berlebihan bisa menyebabkan resistensi antibiotik. Masalah ini bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Menurut World Health Organization (WHO), karena resistensi antibiotik ini, setiap tahunnya ada 700 ribu jiwa meninggal di dunia.

Nah, untuk mengendalikan masalah ini, sangat penting untuk mengimplementasikan upaya penatalaksanaan antibiotik. Aturan pengendaliannya sendiri sudah dikeluarkan melalui Permenkes No 8 Tahun 2015.

Melalui aturan ini, setiap rumah sakit diwajibkan untuk memiliki Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dan menerapkan program pengendalian antibiotik di rumah sakit masing-masing.

''Tantangannya sekarang adalah bagaimana semua komunitas kesehatan terutama manajemen rumah sakit agar secara konsisten mengimplementasikan aturan ini di lapangan,'' papar dr Anis Karuniawati, PhD, SpMK (K).***

Editor:hasan b
Sumber:okezone.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/