Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
13 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
12 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
3
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
13 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
4
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
11 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
12 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang

Kata Prabowo, 80% Lahan Dikuasai Asing, 13% Dipunyai Segelintir Orang dan 1% Milik 250 Juta Rakyat Indonesia

Kata Prabowo, 80% Lahan Dikuasai Asing, 13% Dipunyai Segelintir Orang dan 1% Milik 250 Juta Rakyat Indonesia
Prabowo Subianto. (int)
Minggu, 01 April 2018 14:35 WIB
JAKARTA - Rakyat Indonesia seharusnya sudah kaya raya yang tak ada kesenjangan ekonomi bila saja para elite politik mematuhi pasal 33 UUD 1945.

Hal itu ditegaskan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (31/3/2018). Pengkhianatan terhadap pasal 33 UUD 1945, kata Pranowo, menyebabkan kekayaan alam Indonesia hanya bisa dinikmati segelintir orang.

Ditegaskan Prabowo, para elite secara sadar melakukan pembiaran terhadap praktik konglomerasi yang hidup subur di Indonesia, yang pada gilirannya membuat rakyat hidup dalam kesusahan.

''Para elite secara sistemik telah melanggar UUD 1945 Pasal 33. Padahal ini pasal kunci. Kalau saja kita taat, Indonesia sudah kaya raya,'' ujar Prabowo saat berkunjung ke Karawang, Sabtu (31/3/2018).

Prabowo mengatakan, data menyebutkan  80 persen lahan dikuasai asing, 13 persen dikuasai sedikit orang dan hanya satu persen dimiliki 250 juta rakyat Indonesia. Hal itu menurutnya sungguh sesuatu yang miris.

Berdasarkan pasal 33 UUD 1945, Indonesia seharusnya tidak membolehkan asas konglomerasi. ''Satu keluarga menguasai jutaan hektare. Indonesia itu asas kekeluargaan, bukan kapitalisme,'' kata dia.

Ketimpangan ekonomi dan kepemilikan lahan yang terjadi saat ini, kata Prabowo, disebabkan oleh kalangan elite yang rakus. ''Sudah serakah, mental maling, hatinya beku, tidak setia pada rakyat. Mereka hanya ingin kaya. Siapa elite itu? Elite itu pimpinan. Saya juga elite. Bedanya saya elite sadar, sudah tobat, dan setia,'' kata Prabowo

Prabowo mengaku saat menjadi bagian dari rezim Orde Baru, dirinya sempat tertarik pada paham neoliberalisme. Hal itu terjadi saat dia masih tergabung di Partai Golkar.

Di masa itu, pemerintah menggunakan pendekatan trickle down effect atau teori menetes ke bawah yang diperkenalkan Albert Otto Hirschman, pencetus paham neoliberalisme.

''Saya dulu tertarik sama neolib. Tapi saya lihat ternyata paham itu bohong. Kesejahteraan nggak netes-netes ke bawah. Malah dibawa ke luar negeri oleh elite,'' kata Prabowo

Sejak saat itu dia mengaku mulai tak suka kepada elite, terutama elite Jakarta yang dia anggap kebanyakan adalah penipu.

''Saya lihat muka elite Jakarta penuh tipu. Saya mantan komandan sejak muda. Saya terbiasa baca tampang anak buah hingga saya bisa tahu tampang penipu,'' katanya.***

Editor:hasan b
Sumber:sindonews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/