Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
20 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
2
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
18 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
3
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
19 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
4
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
16 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
5
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
15 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
6
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
16 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini

Tanggapi Larangan Bercadar di UIN Suka, Menristekdikti: Perguruan Tinggi Jangan Lakukan Diskriminasi

Tanggapi Larangan Bercadar di UIN Suka, Menristekdikti: Perguruan Tinggi Jangan Lakukan Diskriminasi
Menristek Muhammad Nasir. (ristekdikti.com)
Selasa, 13 Maret 2018 19:11 WIB
MALANGMentri Riset, Teknologi dan Ppendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Natsir mengimbau semua pimpinan perguruan tinggi (PT) di Tanah Air agar tidak memberlakukan kebijakan diskriminasi di kampus.

Imbauan itu disampaikan Menristekdikti menanggapi kebijakan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta yang melarang mahasiswi menggunakan jilbab. Kebijakan kontroversial itu akhirnya dicabut Rektor UIN Suka setelah mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari MUI dan Muhammadiyah.

''Bagi saya, jangan pernah lakukan diskriminasi di lingkungan kampus,'' kata Nasir saat mengunjungi Politeknik Negeri Malang (Polinema), Selasa (13/3).

Sejak awal, Nasir menegaskan, agar pihak kampus tak melakukan tidak menyenangkan tersebut.

Untuk itu, dia mengimbau agar kasus serupa tak terjadi kembali di dunia kampus Indonesia. Dalam hal ini, tak hanya masalah diskriminasi agama, tapi juga suku, gender dan sebagainya.

Hal yang tak diperkenankan ada di lingkungan kampus justru paham radikal. Jika ini terjadi, dia menegaskan, rektor mau tak mau harus bertanggung jawab. ''Dan itu akan berurusan dengan saya,'' jelasnya.

Sebelumnya UIN Sunan Kalijaga mencabut Surat Rektor No. B-1301/Un02/R/AK.00.3/02/2018 tentang Pembinaan Mahasiswi Bercadar. Pencabutan tercantum dalam surat keputusan yang ditandatangani Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yudian Wahyudi.

Keputusan Rasional

Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, pencabutan larangan bercadar tersebut adalah sebuah keputusan yang rasional dan realistis.

Dia mengatakan, sikap rektor UIN-Suka yang terbuka terhadap kritik tersebut patut mendapatkan apresiasi.

''Cadar adalah satu cara menutup aurat di dalam Islam. Radikalisme tidak bisa dilihat dari busana, tetapi pada sikap dan perilaku,'' kata Mu'ti, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Ahad (11/3).

Walaupun demikian, Mu'ti menekankan, agar pembinaan mahasiswa dan civitas akademika dilakukan lebih intensif. Menurutnya, pembinaan keagamaan dan karakter tersebut dilaksanakan secara keseluruhan untuk seluruh mahasiswa.

Dia menegaskan, radikalisme tidak boleh dibiarkan berkembang di dalam kampus dan masyarakat. Karena UIN adalah model dan tempat persemaian Islam yang moderat yang toleran dan terbuka sebagai manifestasi ajaran Islam dan masyarakat Indonesia yang ramah.

Di samping itu, dia juga menekankan, agar pihak kampus tetap perlu membuat kebijakan berbusana bagi para mahasiswa yang sesuai dengan ajaran Islam. Dikatakannya, UIN adalah perguruan tinggi Islam yang merupakan model masyarakat Islam yang intelek dan berkemajuan.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/