Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Olahraga
23 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
2
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Olahraga
23 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
3
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Olahraga
20 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
4
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
19 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
5
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
23 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
6
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
22 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang

Akibat Angin Kencang, 160 Ton Ikan Mati dalam Keramba di Danau Maninjau, Kerugian Rp3,75 Miliar

Akibat Angin Kencang, 160 Ton Ikan Mati dalam Keramba di Danau Maninjau, Kerugian Rp3,75 Miliar
Danau Maninjau. (liputan6.com)
Kamis, 08 Februari 2018 22:19 WIB
LUBUK BASUNG - Sekitar 160 ton ikan jenis nila mati dalam keramba jaring apung di Danau Maninjau, Agam, Sumatera Barat.

Dikutip dari liputan6.com, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menyampaikan ikan-ikan tersebut mati keracunan akibat angin kencang sejak Minggu, 4 Februari 2018 lalu.

''Ini baru data sementara dan kemungkinan jumlahnya masih akan bertambah karena angin kencang masih melanda di daerah itu,'' kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Kamis (8/2/2018), dilansir Antara.

Ia mengatakan ke 160 ton ikan jenis nila ini tersebar di Nagari Bayur dan Maninjau sekitar 50 ton, Sungai Batang sekitar 85 ton, Tanjung Sani dan Koto Malintang 25 ton.

Ikan ini berasal dari ratusan petak keramba jaring apung dengan pemilik 35 orang. Sedangkan, ukuran ikan yang mati mulai dari bibit yang berusia dua bulan sampai ikan yang sudah siap panen.

''Ikan yang mati ini merupakan sisa budidaya pada akhir 2017, dan ada yang baru disemai oleh pembudidaya. Pembudidaya mengalami kerugian sekitar Rp3,75 miliar,'' katanya.

Saat ini, bangkai ikan itu sudah mengapung ke permukaan danau vulkanik tersebut. Pemerintah telah melarang pembudidaya ikan untuk membuang bangkai ikan ke dalam Danau Maninjau karena dapat menambah pencemaran.

Tercemar Berat

Untuk sampai ke Danau Maninjau, harus melewati jalanan menurun dengan banyak kelokan atau tikungan.

Menurut dia, ikan ini mati akibat angin kencang melanda daerah itu sehingga sisa pakan ikan naik ke permukaan danau yang mengakibatkan oksigen menjadi berkurang. Dengan kondisi itu, ikan mengalami pusing dan beberapa jam setelah itu mati.

Sebelumnya, pemerintah telah melarang pembudidaya dengan keramba jaring apung di danau vulkanik tersebut, karena Danau Maninjau sudah tercemar berat dan untuk mengatasi ini budidaya ikan harus dihentikan.

Sudah saatnya pembudidaya ikan untuk mengalihkan budidaya dari keramba jaring apung ke kolam air deras, kolam air tenang, mina padi, dan lainnya.

''Kita siap untuk membantu pembudidaya dengan meminjamkan alat berat, bibit ikan dan bantuan lainnya,'' katanya.

Salah seorang pembudidaya ikan, Firman (52) menambahkan, jumlah bibit ikan miliknya mati sekitar 18 ribu ekor dengan usia dua bulan. ''Bibit ini baru saya semai beberapa minggu lalu di enam petak keramba jaring apung,'' katanya.***

Editor:hasan b
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/