Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Olahraga
21 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
Pemerintahan
21 jam yang lalu
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
3
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
DKI Jakarta
21 jam yang lalu
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
4
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
Umum
18 jam yang lalu
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
5
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
Umum
16 jam yang lalu
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
21 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Home  /  Berita  /  Politik

Saat Orang Minang Menjawab Keraguan soal Pancasila

Saat Orang Minang Menjawab Keraguan soal Pancasila
Ketua Fraksi PKS MPR RI Tifatul Sembiring. (foto: istimewa)
Minggu, 24 Oktober 2021 20:34 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

PADANG - Ketua Fraksi PKS MPR RI Tifatul Sembiring menyatakan, Pancasila dan masyarakat Minang tak bisa dipisahkan. Menurutnya, masyarakat Minang telah mempraktekkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diungkapkanya terkait dengan polemik pernyataan Puan Maharani, saat mengumumkan cagub dan cawagub PDIP untuk Sumatera Barat, pada 2 September 2020 lalu.

Saat itu Puan melontarkan pernyataan: "Semoga Sumatera Barat menjadi Propinsi yang memang mendukung Pancasila". Kalimat bernada harapan ini menurut Tifatul Sembiring justru memicu polemik. Ada yang protes, mengkritik, memberi pembelaan, bahkan mengadukan ke polisi, karena dianggap menghina.

Bahkan kata Tifatul, akibat polemik itu, cagub yang direkomendasikan PDIP sampai mengembalikan surat dukungan tersebut. Tifatul melihat, kesalah pahaman ini lebih kepada persolan rasa bahasa, antar komunikator dan komunikan. Orang Minang kata Dia, sudah terbiasa dengan petatah petitih, isyarat, kalimat sindiran, dan satire. Bahkan, ungkapan-ungkapan tersebut sudah jadi makanan sehari-hari bagi orang Minang.

Akibatnya, ungkapan Puan, yang belum dibungkus kata-kata puitis tadi, ditangkap masyarakat Minang sebagai sindiran tajam, bahwa orang Sumbar tidak Pancasilais. "Husnu zhon saya, sebenarnya maksud ibu Puan bukan itu. Mungkin berharap kualitas pemahaman Pancasila orang Minang semakin ditingkatkan," katanya saat menjadi pembicara kunci pada seminar nasional dengan tema "Bagaimana Orang Minang Mempraktekkan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari". Seminar nasional itu berlangsung di Wisma Bung Hatta, Bukittinggi, Sabtu (23/10/2021) kemarin.

Seminar tersebut juga menghadirkan dua narasumber. Yaitu, Mantan Kepala BPIP 2018 Prof. Yudi Latif dan Yus Datuk Parpatih (Budayawan Minang). Ikut hadir pada acara tersebut, Anggota MPR RI, Johan Rosihan, Chairul Anwar dan Dr. Hermanto serta Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi.

dalam pidatonya, Tifatul berharap, agar peserta seminar tidak terus membahas ketersinggungan, perasaan. Lebih baik membicarakan berbagai persoalan yang lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara. "Topik kita hari ini lebih ilmiah, tidak sekedar debat kusir. Mengungkap Pancasila sebagai konsensus nasional, yang telah terbukti bisa mempertahankan keutuhan NKRI yang sangat majemuk ini," ujar Tifatul.

Sementara itu Yudi Latief dalam paparanya juga sepakat, bahwa Pancasila dan masyarakat Minang tak bisa dipisahkan. Menurutnya, masyarakat Minang telah mempraktekkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. "Dan Pancasila yang mana lagi hendak kalian dustakan," katanya.

Yudi mengatakan, akar ada tiga akar Pancasila. Pertama keagamaan, kedua kebangsaan atau nasionalisme, dan ketiga sosial ekonomi. "Nah, ketiga akar ini sudah terwakili oleh tokoh-tokoh Minangkabu di sepanjang sejarah bangsa Indonesia ini," ujar Yudi.

Yudi Latief menyebutkan beberapa tokoh minang yang mewakili akan pancasila. Ada Agus Salim, Buya Hamka, Sutan Mansyur di sisi keagamaan. Syafruddin Prawiranegara di sisi nasionalisme kebangsaan. Kemudian ada Mohammad Hatta, Tan Malaka di sisi ekonomi sosial.

Sementara itu, budayawan Minang Datuk Parpatih mengungkapkan bahwa pancasila adalah merupakan saripati ajaran Islam. "Dan orang Minangkabau punya prinsip adat basandi syarak dan syarak beasandi kitabullah," katanya.

Artinya orang Minang itu berpedoman kepada syariat Islam, berakidah tauhid, monoteisme dan jelas ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. "Bagi kami orang Minang, agama itu yang diadatkan, bukan adat yang diagamakan," tegasnya.

Datuk Parpatih kemudian menyingung orang yang meragukan ke-Pancasila-an orang Mnang. "Maaf, dengan meminjam motto Semen Padang: "Kami telah berbuat sebelum orang lain memikirkannya," ujarnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/