Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
16 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
2
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
19 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
3
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
19 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
4
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
16 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
5
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
17 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
16 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  Nasional

RUU PKS jadi Korban, Politisi Golkar Minta Pimpinan Parpol Kembali ke Jati Diri Bangsa

RUU PKS jadi Korban, Politisi Golkar Minta Pimpinan Parpol Kembali ke Jati Diri Bangsa
Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa (tengah) dalam diskusi tentang radikalisme di Senayan, Jakarta, Senin (5/4/2021). (foto: zul/www.gonews.co)
Selasa, 06 April 2021 11:17 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa menyebut, telah terjadi polarisasi idiologi nasional kebangsaan di lingkungan Parpol (partai politik) yang berpengaruh pada pembidanan kebijakan dan perundangan. Tarik ulur RUU PKS (Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual) menjadi bukti nyata.

"RUU PKS itu diusulkan sudah begitu lama, bahkan sudah masuk prolegnas sampai hilang, sekarang masuk lagi. Itu contoh terjadi polarisasi ideologi," kata Agun kepada wartawan di Senayan, Jakarta, Senin, sebagaimana dikutip GoNews.co, Selasa (6/4/2021).

Agun mengatakan, upaya perlindungan terhadap wanita, terhadap anak, itu menjadi kebutuhan dalam konteks demokrasi kekinian, dalam konteks digitalisasi dan sebagainya.

"Terjadi tarik-menarik tarik-menarik kepentingan dua pihak yang bertentangan, berlawanan. Ada yang tetap menyatakan bahwa sepertinya perempuan itu harus nurut-ikut aja begitu, kan ga bisa lagi," ujar Agun.

Menurutnya, polarisasi idiologi di kalangan partai politik adalah penyakit yang berujung pada tak representatifnya suatu perundangan terhadap aspirasi dan kebutuhan rakyat. Ia mendorong agar polarisasi idiologi itu diakhiri, agar proses mebidani perundangan tak lagi terkontaminasi pragmatisme.

"Jadi sudahlah, buat para pimpinan partai politik harus kembali kepada jati diri bangsa kita, bahwa kita adalah sebuah bangsa yang berideologi kan Pancasila, sebuah bangsa yang menganut UUD 1945," pungkas politisi Golkar itu.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Nasional, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/