Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
21 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
2
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
23 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
3
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
Olahraga
22 jam yang lalu
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
4
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
23 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
5
Brad Pitt Kepergok Jalan Bareng Ines De Ramon di Pantai Santa Barbara
Umum
23 jam yang lalu
Brad Pitt Kepergok Jalan Bareng Ines De Ramon di Pantai Santa Barbara
6
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
8 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ahmad Basarah: Budaya Demokrasi Tidak Bisa Dibentuk Instan

Ahmad Basarah: Budaya Demokrasi Tidak Bisa Dibentuk Instan
Selasa, 15 Januari 2019 14:40 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

YOGYAKARTA - Budaya demokrasi tidak bisa dibentuk dengan instan, melainkan harus ditanamkan sejak dini di bangku sekolah. Caranya adalah dengan memasukkan kurikulum pendidikan demokrasi ke dalam mata pelajaran di sekolah dan juga dengan mengoptimalkan peran organisasi ekstra sekolah sebagai wahana pendidikan penerapan budaya demokrasi substansial.

Demikian disampaikan Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah saat memberikan materi Sosialiasi 4 Pilar MPR RI bertajuk "Membangun Watak dan Karakter Kebangsaan Indonesia" bekerjasama dengan Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GNSI) di Balai PMD, Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin, 13 Januari 2019.

"Sebut saja organisasi ekstra sekolah seperti GSNI. Lewat GSNI segenap siswa digembeleng untuk saling menghargai dan menghormati puspa ragam perbedaan dan juga diajari untuk mendengar dan menghormati pendapat orang lain, mengedepankan musyawarah-mufakat dalam mengambil keputusan dan menerapkan kultur demokrasi substantif dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut dengan demokrasi substansial yang diajarkan sejak dini," jelas legislator asal daerah pemilihan Malang Raya tersebut.

Basarah menjelaskan bahwa internalisasi budaya demokrasi substansial dalam diri remaja demikian mendesak. Setidaknya ada dua hal yang menjadi latar belakangnya. Pertama adalah dalam faktanya penerapan demokrasi di Indonesia selama ini baru sebatas demokrasi prosedural saja. Akibatnya, demokrasi hanya dipahami sebatas saat berlangsungnya kontestasi elektoral dalam memilih pemimpin saja.

Sedangkan alasan kedua adalah soal karakteristik remaja. Menurut pakar psikologi / kejiwaan Elisabeth Hurlock dalam bukunya Development Psychology bahwa salah satu ciri remaja yang paling menonjol adalah ketidakseimbangan emosial dan pencarian terhadap identitas diri.

"Jadi remaja ini punya rasa penasaran yang tinggi. Kondisi semacam inilah yang cukup rawan. Jika tidak memiliki bekal ilmu dan agama yang kuat bukan mustahil remaja akan jatuh atau terjerat dengan ideologi-ideologi asing yang belum tentu cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dan tidak jarang dalam praktiknya penyebaran ideologi-ideologi transnasional itu menggunakan kecanggihan teknologi informasi," terang Ketua Umum Persatuan Alumni GMNI tersebut.

Terakhir Basarah menegaskan bahwa remaja dan pemuda merupakan aset penting bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dirawat. Maka tidak mengherankan jika banyak tokoh-tokoh besar yang memberikan atensi besar kepada pemuda. Misalnya Ulama Mesir tersohor Syeikh Yusuf Al-Qardhawi yang menyebut 'jika ingin melihat suatu bangsa di masa depan, maka lihatlah pemudanya di hari ini'. Bahkan Bung Karno pernah berpidato dengan nada yang sangat optimis tentang pemuda dengan menyebut "Beri Aku 10 Pemuda, Niscaya Akan Kuguncangkan Dunia".

"Pemuda inilah yang menjadi ujung tombak sekaligus duta-duta yang aktif dalam mengkampanyekan nilai-nilai toleransi, kerukunan sosial dan persaudaran sebagai karakter bangsa Indonesia. Perbedaan dalam demokrasi adalah sebuah keniscayaan. Lawan berkompetisi adalah teman berdemokrasi dan lawan berdebat adalah temen berfikir. Ke depan harapan kita semua demokrasi substantif terus berkembang," demikian penjelasan Basarah.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/