Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
15 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
23 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
3
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Umum
11 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
4
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
5
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
11 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
6
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
11 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Sumbar Masih Butuh Ratusan Sirine Peringatan Tsunami Lagi

Sumbar Masih Butuh Ratusan Sirine Peringatan Tsunami Lagi
ilustrasi
Jum'at, 04 Januari 2019 22:07 WIB
PADANG - Provinsi Sumatra Barat ternyata masih sangat kekurangan sirene tsunami. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat, saat ini hanya terdapat 106 sirene tsunami yang tersebar di tujuh kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Erman Rahman menyebutkan, idealnya wilayah Sumatra Barat memiliki sekitar 600 sirene untuk mengingatkan warga bila ada potensi tsunami. "Angka itu ideal untuk tujuh wilayah pesisir. Saat ini, 106 sirene itu ada yang dikelola BPBD provinsi, kota, BMKG, atau Pemprov Sumbar," jelas Rahman, Jumat (4/1/2019) seperti dilansir republika.co.id.

Tantangan soal kesiapsiagaan bencana tak hanya datang dari minimnya jumlah sirene tsunami. Rahman mengungkapkan, empat dari lima alat pengukur muka air laut atau tide gauge tidak berfungsi optimal.

Meski tetap merekam data tinggi air laut, keempat tide gauge tidak mengirim data secara terkini. Petugas masih harus mengunduh data secara manual bila ingin mengukur tren perubahan muka air laut. "Nanti kami koordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan seluruh alat ini berfungsi optimal," jelas Rahman.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatra Barat Ade Edward menjelaskan bahwa tide gauge memiliki fungsi penting sebagai pendeteksi dini tsunami. Tide gauge yang terpasang di Kepulauan Mentawai bisa mengirim peringatan kepada stasiun di Kota Padang bila memang ada perubahan muka air laut secara signifikan. Artinya, warga di pesisir barat Sumatra memiliki waktu sekian menit untuk mengevakuasi diri bila ada gempa besar terjadi atau timbul longsoran bawah laut.

"Itu memang harus ditingkatkan teknologinya, tidak lagi menggunakan akses satelit karena akses satelit sering gagal. Kita usulkan pakai frekuensi radio," katanya.

Selain menambah jumlah sirene tsunami dan perbaikan tide gauge, Ade juga mengingatkan pemerintah untuk menambah unit kamera pemantau (CCTV) di titik-titik keramaian di tepi pantai. Hal ini untuk memastikan kejadian tsunami bila memang ada indikasi ke arah sana, misalnya terjadi gempa dengan magnitudo besar. ***

Editor:arie rf
Sumber:republika.co.id
Kategori:GoNews Group, Umum, Sumatera Barat
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/