Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kesit Budi Handoyo Siapkan Pakta Integritas untuk Kepengurusan PWI Jaya 2024-2029
Umum
23 jam yang lalu
Kesit Budi Handoyo Siapkan Pakta Integritas untuk Kepengurusan PWI Jaya 2024-2029
2
Dewi Sandra Soroti Pentingnya Produk Halal di Brave Beauty Summit Qatar
Umum
22 jam yang lalu
Dewi Sandra Soroti Pentingnya Produk Halal di Brave Beauty Summit Qatar
3
Catherine Wilson Fokus pada Kesehatan dan Karier di Tengah Proses Perceraian
Umum
22 jam yang lalu
Catherine Wilson Fokus pada Kesehatan dan Karier di Tengah Proses Perceraian
4
Kembali Hadir Selepas Pandemi Covid-19, Titan Run 2024 Siap Manjakan Para Runner
Olahraga
20 jam yang lalu
Kembali Hadir Selepas Pandemi Covid-19, Titan Run 2024 Siap Manjakan Para Runner
5
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
DKI Jakarta
4 jam yang lalu
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
6
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
Olahraga
4 jam yang lalu
Korea Utara Jumpa Jepang di Final Piala Asia Wanita U-17
Home  /  Berita  /  GoNews Group

'Generasi Muda Jangan Dijadikan Pelengkap Penderita'

Generasi Muda Jangan Dijadikan Pelengkap Penderita
Senin, 29 Oktober 2018 22:25 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda yang rutin digelar setiap 28 Oktober, MPR memperingati kegiatan tersebut dengan menggelar 'Diskusi Empat Pilar' yang diadakan di Press Room, Komplek Parlemen, Jakarta, 29 Oktober 2018.

Dalam diskusi dengan tema 'Makna Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milineal' itu menghadirkan dua pembicara, yakni anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar, Firman Subagyo; dan pakar politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno.

Dalam pemaparan, Firman mengatakan tema yang diangkat oleh MPR untuk memperingati Sumpah Pemuda menarik. "Ada yang perlu kita pahami tentang Sumpah Pemuda dan generasi milenial," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia saat ini dihadapkan pada perubahan peradaban bangsa. Perubahan yang terjadi mengandung tantangan. Tantangan yang ada seperti globalisasi ekonomi, globalisasi politik, serta perkembangan teknologi yang bisa mempengaruhi perilaku anak muda. Dikatakan, tantangan itu serius untuk diperhatikan. 

Dari sebuah riset yang dirilis New York Times, generasi milineal adalah mereka yang lahir pada tahun 1981 hingga 1996. Generasi ini berkisar antara 22 dan 30 tahun.

Dalam riset tersebut juga menyebut perilaku generasi ini tidak hanya bersifat positif namun juga mempunyai potensi negatif. "Generasi ini mempunyai ego yang besar sehingga mengatakan dirinya paling benar," Firman mengutip riset itu.

Berangkat dari riset itu, Firman mewanti-wanti agar waspada dan ekstra hati-hati dari ancaman globalisasi terutama perkembangan informasi lewat teknologi. Perkembangan informasi diakui diakui sangat berpengaruh pada  anak muda.

Ia mengingatkan kalau kita tidak memahami dan menyaring apa yang benar dan apa yang salah, apa yang boleh dilakukan dan tidak, maka dampak buruk informasi itu akan menggerus generasi muda. "Dan ini mengancam persatuan dan kesatuan bangsa", ungkapnya.

Dicontohkannya, banyak anak muda bahkan anak kecil,  setiap hari membuka HP dan mereka bisa memilih apa yang disukai dan apa saja bisa ditonton. 

Firman Subagyo menegaskan dampak seperti ini yang harus dibendung. Diakui perubahan perilaku anak muda tidak hanya di perkotaan namun juga di pedesaan.

Dipaparkan, banyak anak muda di desa yang sudah tidak hafal lagu Indonesia Raya dan Pancasila. "Ada yang hafal Sila ke-1 Pancasila tapi tak tahu simbolnya," paparnya.

Lebih penting lagi adalah mewaspadai ego anak muda yang merasa benar dan hebat. Disebut generasi ini rentan dengan masalah sosial. "Ini akan menjadi pemicu perpecahan bangsa," ujarnya.

Firman menegaskan masalah generasi muda merupakan tanggung jawab kita bersama. 

Sementara itu Adi Prayitno dalam pemaparan mengatakan, agar generasi milineal bukan hanya artifisial, bumbu dan pemanis demokrasi, maka mereka harus dilibatkan dalam persoalan-persoalan yang ada. "Namun bukan sebagai pelengkap penderita," ujarnya.

Ia menegaskan, agar kita memberi kepercayaan kepada anak muda bahwa Indonesia masa depannya ditentukan oleh mereka.

Adi mengatakan, suka tak suka bangsa ini dibesarkan oleh anak muda. Dicontohkan kemerdekaan dan nasionalisme  disemaikan oleh anak muda. "Anak muda bukan komoditas politik tetapi generasi yang menentukan Indonesia ke depan," pungkasnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/