Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
2
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
21 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
3
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
24 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
4
Indra Sjafri Genjot Fisik Timnas U-20 Indonesia
Olahraga
21 jam yang lalu
Indra Sjafri Genjot Fisik Timnas U-20 Indonesia
5
Pemkab Kepulauan Seribu Peringati Pekan Imunisasi Dunia 2024
Pemerintahan
22 jam yang lalu
Pemkab Kepulauan Seribu Peringati Pekan Imunisasi Dunia 2024
6
Kesit Budi Handoyo Siapkan Pakta Integritas untuk Kepengurusan PWI Jaya 2024-2029
Umum
19 jam yang lalu
Kesit Budi Handoyo Siapkan Pakta Integritas untuk Kepengurusan PWI Jaya 2024-2029
Home  /  Berita  /  Riau

81.794 Nelayan di Perairan Riau Masih Rawan Terlibat Konflik

81.794 Nelayan di Perairan Riau Masih Rawan Terlibat Konflik
Kamis, 20 September 2018 11:06 WIB
Penulis: Ratna Sari Dewi
PEKANBARU - Panjang garis pantai di perairan Provinsi Riau mencapai 2.000 kilometer. Di sana, ada sebanyak 81.794 nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut.

Sayangnya, puluhan ribu nelayan ini masih rawan terlibat konflik karena masih lemahnya regulasi dan pengawasan dari pemerintah.

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Riau, diketahui total keseluruhan 81.794 nelayan yang berada di perairan Riau itu terdiri dari nelayan perairan umum pedalaman (PUD) sebanyak 26.990 nelayan dan nelayan sungai sebanyak 54.798 nelayan.

Jumlah nelayan ini, terbanyak ada di Inhil dengan jumlah 29.000 nelayan. Kemudian, 15.000 nelayan di Kabupaten Rohil dan 13.000 nelayan di Bengkalis. Selebihnya tersebar di setiap kabupaten/kota di Riau.

"Kalau nelayan tradisional di setiap provinsi ini tidak diatur saya yakin konflik antar nelayan ini akan terus berlanjut bahkan berpotensi lebih besar," kata Asisten I Setdaprov Riau, Ahmad Syah Harrofie dalam rapat bersama empat perwakilan pemerintah dari Provinsi Jambi, Kepri, Sumut dan Provinsi Riau terkait konflik nelayan tradisional di Kantor Gubernur Riau, Kamis (20/9/2018).

Ahmad Syah menuturkan, Riau dan Sumut sangat rawan konflik. Pasalnya, konflik di perbatasan dua provinsi ini sudah berlangsung sekitar 38 tahun, mulai dari batas wilayah darat maupun laut. Sehingga, ia pun mengajak pemerintah di kedua pihak untuk merumuskan sebuah rekomendasi untuk diajukan ke pusat untuk diimplementasikan di daerah.

Sementara itu, Kepala DKP Provinsi Riau, Herman mengatakan, bahwa kasus konflik antara nelayan tradisional antar provinsi yang sudah menjadi masalah menahun ini harus sesegera mungkin diselesaikan.

"Maksud kami mengajak perwakilan masing-masing provinsi berkumpul di sini bukan untuk saling menyalahkan. Tapi bagaimana pertemuan ini menghasilkan solusi kongkrit supaya masalah konflik antar nelayan tradisional bisa diatasi," tuturnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/