Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
13 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
2
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
12 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
3
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
9 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
4
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
10 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
5
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
10 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
9 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Dari 47 Kasus Penyerangan Ulama, Kapolri: Hanya 5 Kasus yang Benar, Selebihnya Hoax

Dari 47 Kasus Penyerangan Ulama, Kapolri: Hanya 5 Kasus yang Benar, Selebihnya Hoax
Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat RDP dengan Komisi III DPR RI. (istimewa)
Rabu, 14 Maret 2018 18:30 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Pada saat dicecar Anggota Komisi III DPR RI soal MCA dan kasus penyerangan sejumlah ulama, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku proaktif dan tetap konsisten menanganai isu tersebut.

"Yang sekarang sedang aktif kami tangani adalah masalah isu penyerangan terhadap ulama," kata Tito dalam rapat dengan Komisi III DPR di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Kat Tito saat ini ada 47 kasus yang ditangani Polri terkait maraknya isu penyerangan ulama. Namun kata dia, dari 47 kasus tersebut, hanya 5 kejadian yang benar-benar penyerangan ulama.

Namun sisanya sisanya kata dia, bukanlah penyerangan terhadap ulama. "Ada 47 kasus. Kejadian yang terjadi ada itu 5 kasus, saja," ujar Tito.

Namun Tito menyebut ada juga kasus yang faktanya direkayasa. Tito menerangkan rekayasa yang dimaksud adalah pelaku melapor ke polisi seolah-olah dirinya dianiaya. "Tapi setelah dilakukan rekonstruksi, terjadi kejanggalan dan akhirnya mengakui bahwa tidak terjadi peristiwa itu," jelas Tito.

Dia menerangkan motif para pelaku adalah mencari perhatian karena masalah ekonomi. Tito membeberkan adanya sejumlah kasus penganiayaan dan korbannya bukan ulama, tetapi di media sosial diberitakan seolah-olah korbannya ulama.

"Motifnya rata-rata meminta perhatian karena masalah ekonomi. Kemudian ada sejumlah kasus yang korbannya bukan ulama tapi di media sosial diangkat seolah-olah itu adalah ulama. Ada 32 kasus," papar Tito.

"Jadi sebagian besar itu kasusnya tidak terjadi sama sekali. Tapi dibuat berita di media sosial seolah terjadi peristiwa. Kami di lapangan, kami belum menemukan adanya penyerangan sistematis terhadap tokoh agama, tempat ibadah atau ulama. Belum, belum bukan berarti tidak," sambung Tito.

Dia menambahkan belum ada bukti yang menunjukan adanya hubungan antara satu peristiwa penganiayaan ulama dengan peristiwa lainnya. Begitu juga dengan satu peristiwa rekayasa penganiayaan ulama dengan peristiwa lainnya.

"Kami tidak bisa menyimpulkan adanya koneksi dari kasus-kasus lain sehingga dianggap kasus yang sistematis. Tapi yang kita lihat sistematis adalah koneksi di udara, di media sosial yang menghubungkan dan menambah kasus-kasus tersebut sehingga terlihat seperti sistematis," sambungnya.

Koneksi di udara yang dimaksud Tito adalah tindak penyebaran hoax, ujaran kebencian dan isu SARA yang dilakukan eks Saracen dan Muslim Cyber Army (MCA) di media sosial.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/