Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lima Komisi DPRD DKI Sampaikan Rekomendasi Atas LKPJ APBD 2023
Pemerintahan
24 jam yang lalu
Lima Komisi DPRD DKI Sampaikan Rekomendasi Atas LKPJ APBD 2023
2
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
17 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
3
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
Umum
17 jam yang lalu
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
4
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Umum
17 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
5
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
3 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
6
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
2 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ini Bahaya Konsumsi Daging Penyu

Ini Bahaya Konsumsi Daging Penyu
Selasa, 27 Februari 2018 19:23 WIB

PADANG - Penyu merupakan hewan yang berbahaya dikonsumsi karena tingginya kandungan racun dalam tubuhnya.Mengapa di tubuh penyu tertimbun racun?

Peneliti aktif penyu dari Pusat Data dan Informasi Penyu Indonesia (Sea Turtle Informatian Centre of Indonesia) Universitas Bung Hatta Padang, Harfiandri Damanhuri, mengatakan daging penyu menjadi beracun karena makanan yang dikonsumsinya tercemar logam berat di lautan. Apalagi penyu hewan yang bermigrasi dengan daya jelajah cukup luas.

"Untuk arah migrasi, dari Sumbar (Sumatera Barat) mengarah ke utara Aceh terus dan pantai Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, Srilanka dan Maldives yang sejajar dengan Mentawai atau disebut dengan kawasan Bay of Bengal, banyak cemaran zat radio aktif yang dibuang ke laut dan aktifitas industri sepanjang Teluk Bengal," jelas Andri, sapaan akrab Harfiandri, Selasa (27/2).

Hal itu didapatkan dari hasil penelitian sampel penyu yang menyebabkan kematian warga Mentawai pada tahun 2013, saat itu sampelnya diteliti BPOM Sumbar dan dari penelusuran kandungan yang ada di daging sampel tersebut adalah logam berat dari zat arsen atau arsenik. Salah satu penyerap logam berat adalah rumput laut yang menjadi salah satu sumber makanan penyu.Semakin lama racun tersebut mengendap dalam tubuh penyu.

"Logam berat ini tidak dapat hilang dari dalam tubuh penyu, dia akan terus terakumulasi dan meningkat, racun logam berat juga berdampak terhadap penyu sendiri, beberapa dari penyu kita temukan punya tumor juga di bagian leher, mata, dan bagian tubuh lain yang ukuran agak kecil-kecil, tidak kelihatan, dianggap daging tumbuh saja oleh masyarakat lokal, racunpun tidak dapat larut jika dimasak atau dipanaskan," jelas Andri.

Karena bahayanya itu, mengkonsumsi penyu sebaiknya dihindari.Berdasarkan bahan sosialisasi Balai Pengelolaan Budi Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, telur penyu memiliki kandungan senyawa yang tergolong polutan organic persisten (POPs) dan logam berat yang sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.Kanker, liver, kerusakan system syaraf dan gangguan system hormone endokrin adalah penyakit yang dapat timbul.Kandungan Polychlorinated biphenyl (PCB) dalam telur relative tinggi yakni 300 kali di atas batas aman harian yang ditetapkan oleh WHO.PCB merupakan senyawa yang dilarang Kongres Amerika Serikat sejak 1979 setelah terkait dengan kasus caca lahir dan berbagai jenis kanker.

Telur penyu juga mengandung kadar kolesterol yang sangat tinggi. Satu telur penyu mengandung lemak dan kolesterol setara dengan 20 telur ayam. Kadar kolesterol tinggi akan berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Selain itu, daging, organ, darah dan telur penyu terindikasi mengandung parasit, bakteri, biotoksin dan zat pencemar seperti logam berat.Kandungan ini memberi dampak berupa gangguan syaraf, penyakit ginjal, kanker hati serta berpengaruh pada perkembangan janin dan anak.

Sebagai hewan purba, populasi penyu juga menurun setiap tahun, karena itu penyu termasuk satwa dilindungi. "Penyu hidup bersamaan dengan dinosourus, era 120-150 juta tahun lalu, dinosaurus sudah musnah dan penyu disebut juga fosil hidup yang masih ada sampai sekarang dengan survival rate yang sangat rendah, Indonesia sudah meratifikasi konservasi penyu sejak 1978," katanya.

Kepulauan Mentawai memiliki banyak lokasi pendaratan penyu, lebih dari 50 site lokasi pendaratannya baik di pantai maupun di pulau. "Total semua yang sudah kita data ada sekitar 125 site pendaratan dan peneluran penyu di Sumatera Barat," jelas Andri.

Karena itu, upaya perlindungan dan konservasi penyu ke depan adalah melindungi lokasi penelurannya serta terumbu karang sebagai sumber pakan.

Mentawai yang menjadi destinasi wisata juga menjadi peluang untuk pelibatan wisatawan melindungi penyu."Wisatawan asing cukup banyak di Mentawai, ini peluang besar, salah satu contoh yang dikerjakan oleh Zai dan Stefanus (pelestari penyu) di Betumonga, Sipora Utara untuk penyu belimbing," tambah Andri. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:Pemerintahan, GoNews Group, Sumatera Barat
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/