Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
22 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
2
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
23 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
3
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
23 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
4
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
9 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
5
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
8 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
6
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
8 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Asad ibn al-Furat, Panglima Perang Pasukan Muslim Penakluk Sisilia yang Tak Pernah Mengangkat Pedang

Asad ibn al-Furat, Panglima Perang Pasukan Muslim Penakluk Sisilia yang Tak Pernah Mengangkat Pedang
Sisilia berada di sisi kiri, tepat di jempol Italia. (republika.co.id)
Sabtu, 04 Maret 2017 23:06 WIB
JAKARTA - Islam sudah menancapkan pengaruhnya di Italia, khususnya di Sisilia, sejak abad 7-8 M.

Dikutip dari republika.co.id, ekspedisi militer Muslim mencapai kawasan Mediterania ketika masa kekhalifahan Ustman bin Affan atau 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. Ketika itu, Gubernur Syria, Muawiyah, mengirimkan armada lautnya ke wilayah timur. Kekuatan ini berhadapan dengan tentara Byzantium.

Sisilia merupakan salah satu provinsi Byzantium dan memiliki letak yang strategis di Laut Mediterania. Dari sini, tentara Byzantium bisa dengan mudah menyerang kota-kota pelabuhan Muslim di sepanjang pantai Afrika Timur.

Selama beberapa tahun, pasukan Muslim berusaha menduduki Sisilia, namun baru di tahun 827 berhasil mencapai Mazara dan kawasan barat kepulauan itu.

Panglima perang pasukan Muslim adalah Asad ibn al-Furat. Yang menarik, ia tidak pernah mengangkat pedang seumur hidupnya. Dia adalah seorang kadi (hakim) dan ilmuwan yang berasal dari Kairouan. Meski begitu, Asad merupakan motivator yang ulung.

Berbeda dengan Spanyol yang mudah dikalahkan, penaklukkan Sisilia--sejak kejatuhan Mazara--membutuhkan waktu hingga 75 tahun. Akan tetapi, arus imigrasi warga Muslim tetap berlangsung selama waktu itu.

Di bawah kekuasaan umat Muslim, Sisilia pun kembali menjadi kawasan yang berpengaruh di dunia, seperti ketika zaman Romawi. Pada masa itu, sektor pertanian meningkat pesat.

Saat Byzantium masih berkuasa, pertanian hanya berfokus pada tanaman gandum. Kondisi itu berubah drastis dengan warga Muslim memperkenalkan banyak jenis tanaman pertanian, seperti kapas, buah-buahan, kacang, tebu, dan sebagainya.

Insinyur Muslim pun membangun sejumlah saluran irigasi. Beragam teknik baru di bidang pertanian juga diterapkan, yang pada akhirnya membawa kemakmuran dalam aspek ekonomi dan sosial.***

Editor:hasan
Sumber:republika.co.id
Kategori:Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/