Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Olahraga
23 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
Umum
21 jam yang lalu
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
3
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
Pemerintahan
24 jam yang lalu
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
4
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
DKI Jakarta
24 jam yang lalu
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
5
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
Umum
18 jam yang lalu
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
23 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Indonesia Police Watch: Kerjasama TNI - Polri dalam Melumpuhkan Tokoh Teror Santoso, Patut Diapresiasi

Indonesia Police Watch: Kerjasama TNI - Polri dalam Melumpuhkan Tokoh Teror Santoso, Patut Diapresiasi
Gembong Teror Poso, Santoso. (net)
Rabu, 20 Juli 2016 17:36 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Kerja sama TNI-Polri dalam melumpuhkan tokoh teroris Santoso di Poso, Sulteng patut diapresiasi, meski penumpasan kelompok teroris yang hanya sebanyak 30 orang ini cukup lama, yakni berlangsung 8 bulan dengan melibatkan 3.000 personil.

Indoneis Police Watch menilai, tewasnya Santoso bisa disebut sebagai hadiah TNI untuk Kapolri baru Tito Karnavian. Sebab Santoso tewas dalam operasi yang dilakukan TNI, yang berujung pada aksi tembak menembak. Dari kasus Santoso terlihat adanya soliditas antara tni dan polri dlm melakukan kerjasama di Operasi Tinombala.

"Dengan tewasnya Santoso, Polri tetap perlu bekerja keras mengantisipasi perlawanan para teroris. Sebab saat ini ada dua tokoh yang berbahaya, yakni Ali Kolara yang berpotensi menggantikan posisi Santoso di Poso dan Arief Maroef tokoh yang menyembunyikan Noordin M Top, yang sekarang sudah bebas dan berada di Jogja. Keduanya perlu diwaspadai Polri," ujar Neta S Pane kepada GoNews.co, Rabu (20/07/2016) di Jakarta.

Menurutnya, tewasnya Santoso bukan berarti aksi terorisme di indonesia akan berakhir. Yang dikhawatirkan justru adanya serangan balasan dari antek-antek dan jaringan Santoso. "Di Poso sendiri Santoso sudah membangun kader. Salah satu, Ali Kolara. Kelompok Santoso sendiri merupakan satu dari 9 kelompok radikal yang masih tumbuh subur di indonesia, dan sangat berpotensi melahirkan para teroris," ujarnya.

Walau Santoso sudah tewas, pengejaran polri terhadap teroris di indnesia belum akan berhenti. Sebab kelompok solo kata dia, masih terlihat sangat agresif. "Setidaknya ini terlihat dalam aksi bom bunuh diri di Mapolresta solo akhir ramadan lalu. Potensi teroris ini makin mengkhawatirkan tatkala beredar kabar masuknya dana setara Rp20 miliar dari suriah ke Jogja yang diduga untuk kelompok teroris. Artinya Kapolri baru Tito Karnavian maupun kepala BNPT yang baru Komjen Suhardi Alius masih harus melakukan kerja keras guna menekan aksi-aksi terorisme di indonesia," pungkasnya. (***)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/