Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
18 jam yang lalu
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
2
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
Pemerintahan
18 jam yang lalu
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
3
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
Olahraga
16 jam yang lalu
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
4
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
Olahraga
16 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
5
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Olahraga
12 jam yang lalu
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
6
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Umum
12 jam yang lalu
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Gawat, di Meranti Ada 487 Tali Air Mengarah ke Laut, Lahan Gambut Mudah Mengering

Senin, 01 Februari 2016 22:43 WIB
Penulis: Safrizal
gawat-di-meranti-ada-487-tali-air-mengarah-ke-laut-lahan-gambut-mudah-mengeringMaamun Murod MM MH - foto internet
SELATPANJANG - Keseriusan semua pihak dalam mengelola lahan gambut untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) memang harus maksimal. Pasalnya saat ini ada 487 tali air (kanal besar dan parit, red) se Kabupaten Kepulauan Meranti berhubungan langsung dengan laut yang bisa menyebabkan lahan gambut dengan mudah mengering.

Kondisi lahan gambut yang mengkhawatirkan ini disampaikan Kadishutbun Kepulauan Maamun Murod MM MH, Senin (1/2/2016). Kata Murod, di Meranti 60 persen luasan wilayahnya merupakan lahan gambut, dan kondisinya mengkhawatirkan.

Sementara itu, hingga saat ini pula, tata kelola air dianggap belum maksimal. Ditambah ada sekitar 487 parit dan kanal yang mengarah atau berhubungan langsung ke laut, sehingga air dengan mudah turun ke laut lalu lahan gambut akan mudah mengering.

"Selama belum dilakukan tata kelola air dengan benar, penanganan masalah gambut di Meranti bisa dikatakan belum optimal," kata Murod.

Kata Murod juga, dari 487 aliran atau tali air yang langsung berhubungan dengan laut itu, baru ada sekitar 3 tali air yang dibenahi (sehingga air tidak terbuang begitu saja ke laut, red). Untuk itu, jika Pemerintah Pusat dan Provinsi serius ingin mengatasi masalah gambut itu, diharapkan terlebih dahulu membenahi tali air ini.

"Walau kecil (tali airnya, red), kalau sudah banyak, ya banyak juga air akan mengalir ke laut," ujar Murod juga.

Diakui Murod juga, kekeringan lahan gambut ini akan mudah terjadinya kebakaran lahan dan hutan (karlahut). Selain itu, aktivitas ilegal loging juga harus dihentikan agar perambah tidak dengan mudah masuk ke hutan lalu menghidupkan api.

"Upaya yang harus dilakukan ya bangun dulu bloking kanal. Kemudian aktivitas ilegal loging juga harus dihentikan. Pencegahan karlahut ini memang harus dari semua lini masyarakat," ujarnya.

"Nanti saya ingin mendudukkan masalah antisipasi karlahut, salah satunya dengan membuat pos di lokasi rawan kebakaran," tambahnya. ***

Kategori:Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/