Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
18 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
16 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
3
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
17 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
4
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
18 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
16 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
6
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
2 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Redenominasi Rupiah Rp 1.000 Jadi Rp 1 Sudah Diaplikasikan Kehidupan Sehari-hari, Hanya Tunggu Resminya Saja

Redenominasi Rupiah Rp 1.000 Jadi Rp 1 Sudah Diaplikasikan Kehidupan Sehari-hari, Hanya Tunggu Resminya Saja
Kamis, 29 Juni 2023 23:59 WIB
JAKARTA – Dalam rentang beberapa waktu belakangan, isu redenominasi rupiah dari Rp 1.000 menjadi Rp 1 menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa skenario redenominasi ini sebenarnya sudah lama disusun dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Redenominasi Rupiah.

"Redenominasi sudah kami siapkan dari dulu. Masalah desain dan tahapan-tahapannya, itu sudah kami siapkan dari dulu secara operasional dan bagaimana tahapan-tahapannya," ungkap Perry pada Selasa (27/6/2023).

Namun, sebelum redenominasi ini benar-benar diterapkan, ada tiga pertimbangan utama yang harus diambil. Pertama, stabilitas makro ekonomi Indonesia. Kedua, kondisi sosial yang aman. Dan ketiga, kondisi politik yang stabil.

"Memang ekonomi Indonesia saat ini tengah bagus. Hanya saja redenominasi ini masih harus menunggu momen yang lebih tepat," tegasnya.

Di tengah perdebatan redenominasi ini, tanpa disadari, masyarakat telah secara tidak langsung menerapkan prinsip redenominasi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, jika kita berjalan-jalan di mall, restoran, café, atau bioskop, seringkali kita melihat daftar harga atau tarif dengan tanda “K” dibelakang angka. Misalnya, harga nasi soto ayam yang sebenarnya Rp30.000 per porsi, hanya dicantumkan sebagai 30K. Atau, harga popcorn di bioskop yang sebenarnya Rp 42.000, hanya dicantumkan 42 K.

Bahkan, di pasar tradisional, transaksi antara pedagang dan pembeli sudah mulai sederhana dalam penyebutan nominal rupiah saat tawar-menawar. Misalnya, pedagang buah yang menawarkan jeruk seharga Rp30.000 per kilogram, dan pembeli menawarnya dengan hanya menyebut 20 yang berarti Rp20.000 per kilogram.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa meski secara resmi belum diterapkan, dalam praktek sehari-hari, masyarakat telah secara tidak langsung menerapkan konsep redenominasi rupiah Rp 1.000 jadi Rp 1. Ini membuktikan bahwa meski belum ada ketentuan resmi dari Bank Indonesia, masyarakat sudah terbiasa dengan konsep ini dalam transaksi dan pencatatan nilai rupiah sehari-hari. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ekonomi, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/