Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
18 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
16 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
3
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
17 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
4
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
18 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
16 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
6
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
2 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Home  /  Berita  /  Ekonomi

BI Rencanakan Penyesuaian Rupiah dari Rp 1.000 ke Rp 1, Ahli Ekonomi: Peluang Hiperinflasi Jadi Ancaman

BI Rencanakan Penyesuaian Rupiah dari Rp 1.000 ke Rp 1, Ahli Ekonomi: Peluang Hiperinflasi Jadi Ancaman
Selasa, 27 Juni 2023 22:22 WIB
JAKARTA – Bhima Yudhistira, seorang pakar ekonomi dan Direktur Eksekutif CELIOS, membeberkan berbagai potensi manfaat dari rencana penyesuaian Rupiah yang dipertimbangkan oleh Bank Indonesia. Penyesuaian Rupiah dari Rp 1.000 ke Rp 1 berpotensi meningkatkan efisiensi transaksi keuangan dan menyederhanakan laporan keuangan.

Di samping itu, penyesuaian Rupiah dari Rp 1.000 ke Rp 1 juga bisa mengurangi kesalahan dalam penghitungan uang fisik akibat banyaknya nominal.

Meski demikian, Bhima menyerukan pentingnya perencanaan strategis sebelum penyesuaian Rupiah ini benar-benar diterapkan.

"Jika BI berniat melakukan penyesuaian Rupiah, mereka perlu menyusun peta jalan yang jelas sehingga masyarakat dan pelaku bisnis dapat beradaptasi," kata Bhima kepada Liputan6.com, dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa (27/6/2023).

Menurut Bhima, penyesuaian Rupiah sebaiknya tidak dilakukan dalam waktu yang dekat.

Faktor Pertimbangan Sebelum Penyesuaian"Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan penyesuaian, salah satunya adalah kestabilan inflasi. Kondisi yang ideal adalah inflasi kembali ke level sebelum pandemi atau sekitar 3 persen. Jika lebih rendah dari itu, tentu lebih baik," ungkapnya.

Sementara itu, tingkat inflasi di Indonesia masih sekitar 4 persen dan ada potensi ancaman el nino yang bisa meningkatkan inflasi.

"Jika penyesuaian dipaksakan saat inflasi masih tinggi, risiko hiperinflasi menjadi nyata. Hal ini dipicu oleh perubahan nominal uang setelah penyesuaian yang memicu pedagang untuk melakukan pembulatan harga ke atas," jelas Bhima.

"Sebagai contoh, barang dengan harga Rp 9.200 sebelum penyesuaian tidak mungkin menjadi Rp 9,5 setelah penyesuaian. Lebih mungkin, sebagian besar harga akan dibulatkan menjadi Rp 10. Akibat pembulatan nominal baru ini, harga barang akan mengalami kenaikan signifikan. Ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah dan BI untuk mengendalikan. Dampaknya? Hiperinflasi yang dapat melemahkan daya beli masyarakat," tutupnya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ekonomi, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/