Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Olahraga
19 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
2
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Olahraga
19 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
3
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Olahraga
16 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
4
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
19 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
5
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
18 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
6
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  Kesehatan

80 Persenan Orang Gangguan Mental dan Jiwa Tinggal di Negara Berkembang

80 Persenan Orang Gangguan Mental dan Jiwa Tinggal di Negara Berkembang
Ilustrasi gangguan mental dan jiwa. (gambar: ist./paradisefirstaidcomau)
Sabtu, 12 November 2022 05:16 WIB
JAKARTA - Peneliti dari Pusat Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Irmansyah dalam siaran resmi yang dibaca pada Sabtu (12/11/2022), mengungkapkan, lebih dari 80% orang dengan gangguan mental dan jiwa ini tinggal di negara-negara berkembang.

Paparan yang dikutip GoNEWS.co menyebut, 75% orang dengan gangguan jiwa ini terutama di negara berkembang, rata-rata tidak mendapat pengobatan. Untuk menghadapi kondisi ini pemerintah di negara-negara berkembang memberi alokasi budget yang sangat minim dibawah 5%, Indonesia mungkin lebih kecil lagi.

Baca Juga: Demo Tolak Tambang di Parigi Moutong Telan Korban Jiwa, Prima Dorong Reformasi Institusi Polri 

Baca Juga: Poso Diterjang Banjir Bandang, Puluhan Rumah Terdampak dan 900an Jiwa Mengungsi 

"Sumber daya profesional mental health sangat sedikit, Indonesia memiliki 0,31 dari 100.000 orang. Sedangkan idealnya rata-rata 4 orang untuk 100.000 penduduk. Selain itu mengenai budget, bahkan budget mental health negara maju tidak sesuai dengan kebutuhan," kata Irmansyah.

Strategi inovatif dalam mengatasi kesenjangan tersebut, menurut Irmansyah, pertama adalah mengintegrasikan kesehatan jiwa dengan primary care, kedua menciptakan sumber daya lain dari mental health profesional untuk memilih kapasitas untuk penanggulangan layanan kesehatan jiwa dan ketiga penggunaan inovasi teknologi dalam meningkatkan akses, mengurangi pembiayaan dan mengurangi stigma.

Baca Juga: DKI Punya E-Jiwa, DBDKlim dan Jak-Track, Anies: Ini Mencerminkan Komitmen Kita 

Baca Juga: Anggaran BRIN 2023 Tembus Rp6,3 Triliun 

"Telemental health dapat menjadi pengungkit penting untuk meningkatkan layanan kesehatan jiwa di Indonesia. Telemental health terbukti dalam berbagai bentuk layanan kesehatan jiwa promotif hingga rehabilitatif, dengan keunggulan murah, mudah diakses, nyaman dan cepat. Namun akses internet yang belum merata, regulasi dan kebijakan yang belum mendukung serta tenaga kesehatan dan masyarakat yang belum terbiasa dengan teknologi informasi adalah tantangan yang segera perlu diatasi. Selain itu diperlukan upaya bersama untuk mewujudkan telemental health di Indonesia," jelas Irmansyah.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Nasional, Kesehatan, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/