Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
Pemerintahan
22 jam yang lalu
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
2
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
18 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
3
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
18 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
4
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
Umum
18 jam yang lalu
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
5
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Umum
22 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
6
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Umum
18 jam yang lalu
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Home  /  Berita  /  Ekonomi

BLT Lebih Tepat Ketimbang Subsidi BBM, Menurut Indef

BLT Lebih Tepat Ketimbang Subsidi BBM, Menurut Indef
Ilustrasi BLT. (foto: ist. via kliktodaynews)
Selasa, 16 Agustus 2022 21:33 WIB
JAKARTA - Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan kepada wartawan, Selasa (16/8/2022), bantuan langsung tunai (BLT) untuk masyarakat terdampak jika harga BBM naik, adalah model program yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan datanya. Umum terjadi, kenaikan harga BBM mempengaruhi harga pangan dan langsung terasa pada masyarakat rentan.

"Komponen dan proporsi belanja buat makanan tinggi, yaitu 20 sampai 40%, itu perlu dilindungi. Mekanisme BLT terbukti bisa didata dan dihitung," kata Berly sebagaimana kepada GoNEWS.co.

Baca Juga: KSP Pastikan Kawal BLT Minyak Goreng

Baca Juga: Atasi Kenaikan Harga Komoditas, Pengamat: BLT Migor yang Diinisiasi Airlangga Paling Tepat Saat Ini 

Bicara komparasi bantuan kepada rakyat antara subsidi BBM dengan BLT, menurut Berly, subsidi BBM sangat membebani APBN padahal dampaknya tidak produktif.

"Subsidi BBM regresif ya, cenderung dinikmati yang semakin kaya, semakin banyak mobil, semakin banyak jalan. Sebelumnya, Pak Presiden Jokowi pada 2014 menyampaikan kepada publik bahwa fungsi dan dampak ke masyarakat lebih baik jika subsidi dipotong," jelas Berly yang juga Dosen Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia ini.

Baca Juga: DPR Tuding BLT Hanya Untungkan Pengusaha Migor 

Baca Juga: Mafia Minyak Goreng Bebas Berkeliaran 'Ditutup' BLT Rp300 Ribu 

Saat ini, kata Berly, saatnya pemerintah untuk taking the hard choice. "Dan menjelaskan kepada masyarakat dan memitigasi dampak pada masyarakat, elemen yang paling rentan".

Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengisyaratkan pemerintah akan mengkaji sistem penyaluran subsidi BBM dan opsi kenaikan harga BBM.

Baca Juga: Ajak Masyarakat Optimis, Menko Airlangga: Kita Mampu Pulihkan Perekonomian dengan Bekerjasama 

Baca Juga: KIB Bertekad Bawa Masyarakat Indonesia 'Kaya Sebelum Menua', Airlangga: Jangan Lewatkan Peluang Pasar yang Besar 

"Ditengah kenaikan harga-harga energi dunia, Indonesia masih melakukan subsidi ataupun memanfaatkan kekuatan fiskal untuk menyerap sebagian daripada kenaikan harga pangan maupun energi. Sedangkan negara-negara lain melakukan pass-through yang berarti harga energi ditransmisikan kepada masyarakat," ungkap Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini.

Apalagi, lanjut Airlangga, perekonomian Indonesia terus menciptakan optimisme dan berhasil bertumbuh di atas 5% pada tiga kuartal terakhir ini. Badan Pusat Statistik menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,44% (yoy) pada Q2 2022 merupakan pertumbuhan yang impresif.

Baca Juga: Tawarkan Keberlanjutan Kebijakan Presiden Jokowi, Airlangga Hartarto: KIB Bertekad Kedepankan Ide dan Gagasan 

Baca Juga: Perayaan World Wushu-Kungfu Day 2022, Airlangga Hartato: Gaungkan Wushu Jadi Gaya Hidup Kekinian 

Airlangga mengatakan capaian positif perekonomian Indonesia merupakan hasil dari kebijakan pemerintah dan didukung oleh inflasi yang terkendali. Inflasi Indonesia per Juli 2022 tercatat 4,94%. Angka tersebut lebih baik dari Amerika Serikat yang mencapai 8,5%, Jerman 7,5%, dan Prancis yang mencapai 6,1%.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Ekonomi, Nasional, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/