Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
Pemerintahan
6 jam yang lalu
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
2
5 Rekomendasi Sepatu Puma di Blibli
Umum
14 jam yang lalu
5 Rekomendasi Sepatu Puma di Blibli
3
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Umum
6 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
4
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
2 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
5
Dinas Kebudayaan DKI Luncurkan Aplikasi SI-GAYA
Pemerintahan
4 jam yang lalu
Dinas Kebudayaan DKI Luncurkan Aplikasi SI-GAYA
6
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
1 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Home  /  Berita  /  Politik

Wakil Ketua MPR: Jangan Larut dengan Perbedaan Penentuan Awal Ramadan

Wakil Ketua MPR: Jangan Larut dengan Perbedaan Penentuan Awal Ramadan
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW). (Foto: Istimewa)
Senin, 04 April 2022 05:11 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menilai terjadinya perbedaan penetapan awal Ramadan di Indonesia mesti dijadikan penguat sikap beragama yang toleran. Bukan malah dijadikan ajang membuat ribut atau memecah belah, apalagi sampai mengganggu kekhusyukan puasa.

Menurut HNW, setelah momemntum 2 kali Ramadan dibuat repot dengan COVID-19, maka ketika tahun ini COVID melandai dan kebijakan dilonggarkan, mestinya penentuan awal dan akhir Ramadan disikapi dengan hal yang konstruktif.

"Disikapi dengan penuh kebijaksanaan, berdasarkan ilmu dan tanggung jawab keumatan. Serta menjadikannya sebagai momentum menjadikan masalah khilafiyah termasuk metode penentuan awal dan akhir bulan Ramadan sebagai rahmat bagi Umat," kata HNW dalam keterangannya, Minggu (3/4/2022).

HNW menjelaskan apapun metode yang dipergunakan untuk menentukan awal Ramadan, semua pihak memulai ibadah puasa wajib pada tanggal 1 Ramadhan 1443 H, baik yang bertepatan dengan tanggal 2 April 2022 Masehi seperti Saudi Arabia, Mesir, Australia, AS, Muhammadiyah.

Maupun yang bertepatan dengan tanggal 3 April seperti Indonesia (MUI/NU), Malaysia, Brunei, China, dan Maroko. Oleh karenanya, perbedaan yang terjadi patutnya disikapi secara proporsional, dan dihormati, sebagai perwujudan toleransi beragama, moderasi, inklusifitas dan kebersamaan.

HNW juga meminta masyarakat tidak larut dalam mengomentari perbedaan tersebut. Apalagi sampai terpancing dengan ujaran atau tindakan yang malah bisa merusak nilai ibadah puasa di bulan Ramadan.

Ia juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai pihak yang ingin memanfaatkan isu tersebut untuk mengadu domba di antara umat Islam. HNW juga mengajak masyarakat untuk menjadikan Ramadhan sebagai bulan kuatkan solidaritas dan soliditas keumatan serta kebangsaan.

"Jangan larut dengan perbedaan penentuan awal Ramadan, tapi juga jangan lanjutkan pengabaian terhadap potensi besar yang dimiliki umat beserta momentum yang bisa hadir bersama bulan Ramadan, juga saat nantinya memeriahkan syiar Hari Raya Idul Fitri," kata HNW.

Ia juga mengatakan penting bagi umat untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk kokohkan ukhuwah dan pemberdayaan Umat, dengan saling menghormati dan menguatkan, serta membantu sesama umat dan rakyat.

"Sehingga kedatangan Ramadan maupun kepergian Ramadan nantinya, betul-betul jadi sarana peningkatan kualitas religiusitas dan takwa dari Umat, hadirkan kesalehan pribadi dan sosial. Sehingga kehadiran dan kepergian Ramadhan jadi berkah positif bagi Umat dan Bangsa. Marhaban ya Ramadhan," tuturnya.

Oleh sebab itu, HNW mengingatkan pemerintah melalui Kementerian Agama untuk memfasilitasi perbedaan tersebut dengan tetap mengundang seluruh pihak yang kompeten. Seperti, Muhammadiyah dengan metode ijtihadnya dalam penentuan awal/akhir Ramadan. Seperti tahun-tahun sebelumnya bisa hadir duduk bersama dalam sidang Isbat penentuan awal Ramadhan dan nanti Idul Fitri 1443 H.

HNW menuturkan metode ijtihad menentukan awal dan akhir Ramadhan / awal Syawal juga beragam. Ada ru'yah mahallii (lokal) atau 'alamiy (global), ada hisab hakiki atau 'urfi, tetapi semuanya sudah lama diterima di kalangan Sunni dan diakui berlaku di NKRI.

"Maka demi menjaga ukhuwah, toleransi, dan kebersamaan, sudah sewajarnya bila pihak-pihak yang berkompeten sekalipun berbeda, tetap diundang oleh Kemenag, agar bisa menghadiri sidang isbat di awal maupun akhir Ramadan nanti. Supaya kuatlah komitmen kebersamaan menyambut (tarhib) Ramadan akan hadirkan amalan yang sesuai dengan bulan Ramadan Karim (yang mulia dan terhormat)," ungkap HNW.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/