Dampak Perang Rusia dan Ukraina, Gelora Ingatkan Pemerintah Waspada Krisis Pangan
Penulis: Muslikhin Effendy
"Seluruh negara termasuk Indonesia harus memitigasi risiko terkait persoalan pangan ini, karena kelihatannya perang Rusia dan Ukraina belum akan berakhir dalam waktu dekat," ujar Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik, Sabtu (19/3/2022).
Sidik mengatakan, persoalan pangan sebenarnya telah terjadi selama dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19, dan perang Rusia-Ukraina ini menjadi faktor tambahan bagi problem pangan dunia. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Indonesia untuk memitigasi dampak perang Rusia dan Ukraina bagi sektor pangan.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tingkat produksi pangan. Indonesia. Seharusnya pemerintah mampu meningkatkan produksi pangan guna mengantisipasi perang Rusia dan Ukraina dalam jangka panjang.
"Kemudian hal kedua yang harus dipertimbangkan adalah diversifikasi pangan. Faktanya, kita justru masih mengalami persoalan terkait upaya diversifikasi pangan, contohnya terlihat dalam komoditas kedelai," ujar.
Ia juga mengingatkan beberapa hal lainnya harus dicermati adalah rantai distribusi pangan, mekanisme harga dan transparansi pasar, tingkat dependensi global di sektor perdagangan dan pasokan serta pengembangan teknologi pertanian.
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan, Mukhaer Pakkanna mengatakan invasi Rusia ke Ukraina membuat perekonomian Indonesia dihantui stagflasi.
Mukhaer menerangkan, stagflasi adalah suatu kondisi ketika pertumbuhan ekonomi lambat, pengangguran tinggi dan inflasi tinggi terjadi secara bersamaan. "Ini adalah fenomena yang tidak wajar dan kontras dengan kontraksi atau resesi, yakni ketika pertumbuhan rendah, inflasi tinggi dan pengangguran tinggi," ujarnya pula.
Dia mencontohkan, Ukraina memasok 2,96 juta ton gandum atau setara 27 persen dari total gandum yang diimpor Indonesia. Maka, harga gandum akan naik seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina, yang pastinya akan berdampak pada konsumsi masyarakat Indonesia. "Dan Indonesia adalah negara pengonsumsi mie instan terbesar kedua di dunia, dengan total 12,6 miliar porsi pada 2020," ujarnya.***
Kategori | : | Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta |