Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
2
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
19 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
3
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
18 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
4
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
Umum
18 jam yang lalu
Ariel NOAH Berbagi Cerita Menjaga Keharmonisan Band
5
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Umum
23 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
6
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Umum
18 jam yang lalu
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Curhat Petani Banyak Utang

Curhat Petani Banyak Utang
Para petani bawang Nganjuk saat curhat ke Ketua DPR RI Puan Maharani, Selasa, 21 Desember 2021. (foto: ist.)
Rabu, 22 Desember 2021 00:46 WIB
NGANJUK - Para petani di Kecamatan Mojorembug, Nganjuk, Jawa Timur mengeluhkan berbagai hal kepada Ketua DPR RI Puan Maharani saat tanam bersama bawang merah pada Selasa (21/12/2021). Keluhan para petani, mulai dari kurangnya stok pupuk subsidi, mahalnya harga pupuk non-subsidi hingga keprihatinan terjerat hutang.

"Masalah pupuk, pada waktu tanam langka. Pengalokasian kurang, tidak mencukupi kebutuhan petani. Pengurangan pupuk subsidi membut harga pupuk non-subsidi naik tinggi, harganya mahal sekali Bu," kata seorang petani bernama Wakidi dalam siaran resmi DPR RI yang dikutip GoNEWS.co, Rabu (22/12/2021).

Kemudian, sambung Wakidi, harga hasil panen bawang merah masih rendah bahkan bisa anjlok hingga Rp7.000 per kilogramnya.

"Pemerintah diam saja, tidak memberikan solusi yang baik. Petani tidak ada hasilnya apapun, malah rugi. Mohon untuk pemerintah, dibantu DPR, masalah harga dan pupuk untuk segera diselesaikan," ujarnya.

Petani lainnya bernama Wiji juga mengeluhkan hal yang sama. Kepada Puan, Ia bahkan bercerita banyak petani yang menggadaikan sertifikat tanahnya untuk modal saat musim tanam. Belum lagi nasib petani sewa yang juga kesulitan karena harga panen rendah sementara mereka hanya mendapat 1/4 dari hasil panen.

"Keadaan petani sangat memprihatinkan. Sertifikat (tanah) digadai semua sama petani di BRI. Petani tidak dikasih bantuan tidak apa-apa, yang penting harganya bisa stabil. Pemerintah harusnya ikut mengawasi," ucap Wiji.

"Kalau harga bawang merah tinggi, pasar dioperasi. Kalau harga murah, pemerintah nggak mengoperasi. Petani nggak ada digaji, kalau nggak gadai sertifikat petani nggak bisa tanam bawang merah Bu," imbuhnya.

Regulasi impor baru yang mengakibatkan tingginya suplai bawang merah dari luar pun disebut makin merusak harga bawang lokal. Petani di Nganjuk juga berharap agar ada investor yang membangun pabrik pengolahan bawang merah, supaya akses petani ke pabrik menjadi lebih dekat sehingga harganya bisa menjadi lebih stabil.

Merespons curhatan itu, Puan mengatakan, "Soal Pupuk subsidi nanti saya akan koordinasi dengan pemerintah pusat bagaimana caranya supaya alokasinya di Nganjuk bisa ditambah,".***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Ekonomi, Nasional, DPR RI, Jawa Timur
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/