Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Olahraga
23 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
Umum
21 jam yang lalu
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
3
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
Pemerintahan
24 jam yang lalu
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
4
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
DKI Jakarta
24 jam yang lalu
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
5
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
Umum
18 jam yang lalu
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
23 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Utang Luar Negeri Bengkak Jadi Rp6.000 T per September 2021

Utang Luar Negeri Bengkak Jadi Rp6.000 T per September 2021
Ilustrasi dollar AS dan Rupiah. (foto: Istimewa)
Senin, 15 November 2021 12:20 WIB
JAKARTA - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia membengkak 3,7 persen menjadi US$423,1 miliar atau setara Rp6.000 triliun (kurs (Rp14.189 per dolar AS) pada akhir kuartal III 2021. Secara kuartalan, utang bertumbuh 2 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Kepala Departemen Komunikasi sekaligus Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono mengungkapkan pertumbuhan utang disebabkan kenakan pertumbuhan ULN di sektor publik dan swasta.

Erwin memaparkan ULN pemerintah tercatat sebesar US$205,5 miliar atau naik 4,1 persen secara tahunan pada kuartal III 2021. Kenaikan terjadi karena pembayaran neto pinjaman seiring lebih tingginya pinjaman yang jatuh tempo dibandingkan penarikan pinjaman itu sendiri.

"Hal ini terjadi di tengah penerbitan global bonds, termasuk Sustainable Development Goals (SDG) Bond sebesar 500 juta euro, yang merupakan salah satu penerbitan SDG Bond konvensional pertama di Asia," ungkap Erwin dalam keterangan resmi, dikutip Senin (15/11).

Sementara, ULN swasta naik 0,2 persen menjadi US$208,5 miliar secara tahunan pada kuartal III 2021. Pertumbuhan ini didorong kenaikan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 1 persen secara tahunan.

"Pertumbuhan ULN lembaga keuangan kontraksi 2,7 persen secara tahunan, lebih rendah dari kontraksi kuartal sebelumnya 6,9 persen secara tahunan," kata Erwain.

Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar berasal dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan.

Kemudian, ULN bank sentral tercatat sebesar US$9,1 miliar pada kuartal III 2021. Angkanya naik US$6,3 miliar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Meski secara keseluruhan naik, tetapi Erwain memastikan struktur ULN Indonesia kuartal III 2021 tetap sehat dan terkendali. Hal ini terlihat dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang sebesar 37 persen atau turun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 37,5 persen.

"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 88,2 persen dari total ULN," tutup Erwin.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Peristiwa, Ekonomi, Pemerintahan, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/