Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
Pemerintahan
12 jam yang lalu
Munir Arysad Minta Rekrutmen PJLP dan TA Prioritaskan Warga Jakarta
2
5 Rekomendasi Sepatu Puma di Blibli
Umum
20 jam yang lalu
5 Rekomendasi Sepatu Puma di Blibli
3
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
Umum
12 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Bahas Pra RKPD Tahun 2025
4
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
Olahraga
8 jam yang lalu
Rosan: Olimpiade Paris Diharap jadi Penentu Sukses 3 Target Utama Angkat Besi
5
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
Umum
7 jam yang lalu
Milly Alcock Siap Beraksi dalam Film Baru Supergirl
6
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Umum
7 jam yang lalu
Sarwendah Layangkan Somasi, Geram Difitnah Punya Hubungan Khusus dengan Bertrand Peto
Home  /  Berita  /  Olahraga

Dinilai Tidak Profesonal, dr Wiweka: LADI Pimpinan Zaini Tak Pernah Dilibatkan di Asian Games 2018

Dinilai Tidak Profesonal, dr Wiweka: LADI Pimpinan Zaini Tak Pernah Dilibatkan di Asian Games 2018
Wakil Direktur Medical dan Doping Control INASGOC, dr Wiweka MARS.(kiri) dan Sekjen INASGOC, Eris Herriyanto. (Dok. Pribadi)
Sabtu, 23 Oktober 2021 07:08 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Crew (kru) Medical and Doping Control Indonesia Asian Games Organizing Committe (INASGOC) merasa keberatan atas pernyataan mantan Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), Zaini Khadafi Saragih di media yang mengaku lembaga pimpinannya terlibat mensukseskan Asian Games Jakarta-Palembang 2018

Keberatan itu disampaikan Wakil Direktur Medical dan Doping Control INASGOC, dr Wiweka MARS. "Kami atas nama mantan crew Medical and Doping Control Inasgoc merasa keberatan atas pernyataan mantan Ketua LADI tersebut," kata Wiweka yang dihubungi Jumat (22/10/2021) malam.

Menurut Wiweka, LADI pimpinan Zaini Khadafi Saragih tidak pernah dilibatkan dalam persiapan maupun pelaksanaan Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Dalam persiapan dan pelaksanaan Asian Games 2018 itu, katanya, crew Medical and Doping Control INASGOC di bawah pengawasan Pimpinan INASGOC, Erick Thohir dan Deputy Games Operation serta supervisi dari Medical and doping control OCA yang bekerja mati-matian untuk menyiapkan DCS (Doping Control Station) serta pelaksanaan Doping Control.

Begitu juga, kata Wiweka, pada saat event Asian Games 2018 berlangsung dimana INASGOC bekerjasama dengan Professional Worldwide Control (PWC) yang merupakan lembaga doping control swasta berkedudukan di Jerman sebagai pelaksana doping control.

"Tidak ada keterlibatan LADI sama sekali di Asian Games 2018. Karena, saya dan team Medical and Doping Control Inasgoc yang merencanakan dan mengendalikan Medical and Doping Control pada saat Asian Games 2018 di bawah pengawasan Pimpinan INASGOC dan supervisi dari Medical and Doping Control Dewan Olimpiade Asia (OCA)," tegasnya.
Bukan hanya tidak terlibat di Asian Games 2018, kata Wiweka, LADI juga tidak masuk dalam kepanitian INASGOC. Sebab, INASGOC tidak bisa mengakomodir pemintaan Zaini Khadafi Saragih yang menginginkan seluruh personil LADI diakomodir.

"Permintaan Zaini ditolak karena INASGOC tidak mau terjadi penumpukan personil. Saat itu, INASGOC hanya menggunakan personil dalam jumlah kecil karena ingin efisien dalam penggunaan anggaran. Makanya, INASGOC menolak permintaan memasukkan semua personil LADI yang diinginkannya," jelasnya.

Memang, kata Wiweka, INASGOC pernah melibatkan LADI. Namun, ungkapnya, hanya saat test event Asian Games 2018 saja. Itupun hasilnya kurang memuaskan. "INASGOC tidak menggunakan LADI karena memang tidak profesional. Makanya, INASGOC mengambil keputusan melakukan kerjasama dengan PWC atas pertimbangan agar pelaksanaan Asian Games 2018 sukses. Apalagi, PWC itu mendapatkan rekomendasi OCA dan Komite Olimpiade Internasional (IOC)," katanya.

dr Wiweka bersama Tim Medical dan Doping Control OCA. 

Yang lebih mengejutkan lagi, Wiweka secara tegas menyebut sangat tidak benar klaim Zaini jika Asian Games 2018 bisa terselenggara karena peran LADI dalam melobi WADA agar banned Indonesia dicabut.

"LADI mendapat sanksi WADA saat perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat 2016 karena memeriksakan sampel doping ke Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) yang tidak terakreditasi oleh WADA," katanya.

Mantan Kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo Jakarta ini juga menceritakan mengenai botol sample urine yang digunakan saat Asian Games 2018 sempat mendapat tawaran dari distributur yang biasa digunakan LADI. Tetapi, penawaran itu ditolak dan INASGOC memutuskan langsung impor dari Jerman.

"Waktu itu, INASGOC sempat ditawarkan distributor yang biasa digunakan LADI dengan harga sebesar Rp2,5 juta per botol sample urine. Dan, INASGOC impor langsung dari Jerman dengan harga jauh lebih murah yakni Rp250 ribu per botol sample urine," katanya.

Keputusan INASGOC untuk bekerjasama dengan PWC itu juga dibenarkan Sekjen INASGOC, Eris Herriyanto. Begitu juga dengan tidak adanya keterlibatan LADI dalam pemeriksaan doping di Asian Games 2018.

"Ya, memang LADI tidak dilibatkan. Keputusan INASGOC bekerjasama dengan PWC untuk memastikan tidak ada masalah tentang masalah pemeriksaan doping di Asian Games 2018. Dan, saya juga sempat berkunjung ke laboratorium anti doping di Doha Qatar untuk memastikan bisa menampung 1.100 sample urine yang diambil dari Asian Games 2018," ujarnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/