Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
19 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
2
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
18 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
17 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
17 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
5
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
18 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
6
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Olahraga
18 jam yang lalu
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Home  /  Berita  /  Politik

Harga Telur Ayam Anjlok, Syarief Hasan Minta Negara hadir Guna Menjaga Stabilitas Harga

Harga Telur Ayam Anjlok, Syarief Hasan Minta Negara hadir Guna Menjaga Stabilitas Harga
Ilustrasi Pedagang Telur. (Foto: Istimewa)
Rabu, 08 September 2021 09:59 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan menyoroti anjloknya harga telur ayam yang biasanya berada pada harga Rp 20 ribu/kg, turun bahkan sampai ke level Rp 14 ribu/kg. Ini adalah penurunan yang signifikan dan sangat berdampak pada keberlanjutan usaha peternak ayam, terutama bagi pengusaha pemula yang memiliki modal yang kecil.

Jika penurunan harga ini berlangsung lama, dikhawatirkan akan ada banyak pengusaha ternak ayam yang gulung tikar. Hal ini menurutnya sangat disayangkan.

“Saya memberikan atensi khusus bagi kalangan peternak ayam yang terdampak penurunan harga telur. Ini menjadi gambaran nyata tentang perekonomian yang terjadi tingkat mikro. Jika penurunan harga ini berlangsung lama, tentu berdampak pada keberlanjutan usaha. Dalam situasi seperti ini, dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menjaga agar jangan sampai pengusaha gulung tikar, terutama bagi pengusaha kecil yang memang sangat rentan dengan gejolak harga," ungkap Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini.

Padahal, menurut Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini, telur ayam adalah salah satu kebutuhan pokok rakyat. Jika terjadi ketidakseimbangan dari sisi penawaran dan permintaan, maka memang ada persoalan ekonomi yang terjadi. Dari sisi produksi, misalnya, jika pasokan melimpah, sementara permintaannya minim, jelas terjadi penurunan harga. Bagi produsen, ini tentu menjadi masalah, sebab biaya produksi menjadi tidak sebanding dengan harga jual. Akhirnya peternak merugi.

Lebih lanjut Syarief menekankan bahwa hal-hal seperti ini perlu dimitigasi dan dicarikan solusi oleh pemerintah. "Kita tidak bisa sepenuhnya menyerahkan pada mekanisme pasar. Disinilah pentingnya negara hadir untuk menjaga mekanisme pasar berjalan dengan baik dan proporsional. Dalam kasus anjloknya harga telur ayam, pemerintah melalui badan terkait dapat melakukan langkah sinergis untuk menjaga kestabilan harga," tandasnya.

Apalagi kata dia, secara regulatif, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020, harga telur maksimal dapat dijual Rp 21 ribu/kg. "Ini menandaskan bahwa anjloknya harga telur ini sangat memukul peternak ayam. Karenanya, pemerintah perlu turun tangan mencarikan solusi agar harga telur kembali pada batas wajar. Peternak untung, konsumen juga tidak merugi. Langkah ini dapat dilakukan baik di tingkat hulu menjaga kestabilan pasokan dan harga pakan, serta di tingkat hilir untuk menjembatani pasokan telur yang melimpah," tukasnya.

“Salah satu esensi berjalannya perekonomian adalah terjadinya kepantasan dan kewajaran antara penawaran dan permintaan. Ini adalah hukum dasar ekonomi. Cerminan ini nyata terlihat di tingkat mikro, apakah komoditas yang diperjualbelikan tidak merugikan salah satu pihak. Jika persoalan di tingkat mikro ini ternyata masif dan sistemik, serta terjadi di banyak komoditas, berarti ada yang bermasalah dengan statistik makro perekonomian. Jangan sampai laporan mengesankan pertumbuhan ekonomi hanyalah angka-angka statistik di atas kertas, namun kenyataannya rapuh," tutup Syarief.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/