Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
23 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Umum
20 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
3
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
20 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
4
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
5
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
20 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
6
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
4 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Home  /  Berita  /  Nasional

MPR: Sumpah Pemuda 1928 Relevan sampai Kapanpun

MPR: Sumpah Pemuda 1928 Relevan sampai Kapanpun
(Foto: Ist.)
Minggu, 25 Oktober 2020 15:36 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid menyatakan, pesan sumpah pemuda yang merupakan hasil kongres II Pemuda 1928 silam masih relevan hingga saat ini.

"Sampai kapanpun," tandas Politisi PKB yang akrab disapa Gus Jazil itu, Minggu (25/10/2020).

Semangat persatuan dalam Sumpah Pemuda, menurut Gus Jazil, perlu terus dirawat, dilestarikan, dan diserukan. Hal ini penting karena sebagai bangsa kepulauan yang besar, kata Gus Jazil, "Potensi-potensi disintgerasi bangsa itu ada,".

Selain isi, proses lahirnya Sumpah Pemuda, menurut Gus Jazil, juga harus menjadi pembelajaran yang nilainya terus diaplikasikan oleh segenapa pemuda-pemudi bangsa.

Pemuda-Pemudi Indonesia yang terlibat dalam proses Kongres 28 Oktober 1928 itu, kenang Gus Jazil, adalah generasi muda terdidik yang berasal dari berbagai suku, agama, dan bahasa, yang peduli terhadap masa depan bangsanya.

"Meski mereka dari kalangan yang mapan, bisa sekolah di STOVIA, sekolah kedokteran yang elit pada masa itu; dan sekolah yang lainnya, mereka tetap ingin bangsa ini lepas dari penjajahan. Di tengah kesibukan belajar tetap memikirkan bangsanya," tuturnya.

"Pikiran mereka sangat cerdas. Melepas keragaman untuk Indonesia," pungkas Gus Jazil.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:Umum, Nasional, MPR RI, GoNews Group, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/