Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Zaira Kusuma: Perjalanan Masih Panjang dan Harus Tetap Latihan
Olahraga
14 jam yang lalu
Zaira Kusuma: Perjalanan Masih Panjang dan Harus Tetap Latihan
2
Satoru Mochizuki Siapkan Agenda Khusus Setelah Piala Asia U-17 Wanita
Olahraga
14 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Siapkan Agenda Khusus Setelah Piala Asia U-17 Wanita
3
KPU DKI Menerima Penyerahan Dukungan Perseorangan
Pemerintahan
14 jam yang lalu
KPU DKI Menerima Penyerahan Dukungan Perseorangan
4
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
Olahraga
10 jam yang lalu
Tekad Serdadu Tridatu Amankan Poin Penuh di Semi Final Leg Pertama
5
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
Olahraga
10 jam yang lalu
Kepiawaian Okto Membawa Pencak Silat Dapat Pengakuan IOC
6
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
Olahraga
10 jam yang lalu
Tren Buruk Persib Dari Bali United Tidak Penting Bagi Hodak
Home  /  Berita  /  Kesehatan

Ilmuwan Australia Yakin Virus Corona Dibuat di Laboratorium, Ini Sejumlah Alasannya

Ilmuwan Australia Yakin Virus Corona Dibuat di Laboratorium, Ini Sejumlah Alasannya
Ilustrasi virus corona menempel pada sel manusia. (int)
Jum'at, 29 Mei 2020 09:23 WIB
SYDNEY - Ilmuwan vaksin asal Australia, Nikolai Petrovsky, meyakini virus corona dibuat manusia di laboratorium.

Dikutip dari Sindonews.com, Petrovsky yakin virus buatan manusia karena mampu beradaptasi hampir sempurna pada manusia dan melekat lebih baik pada sel manusia.

''Virus corona melekat lebih baik pada sel manusia dibandingkan hewan lainnya. Hal ini menjelaskan alasan corona telah menginfeksi (lebih dari) lima juta orang (di seluruh dunia),'' kata Petrovsky, dikutip dari DailyMail, Kamis (28/5/2020).

Tim dari Flinders University di Adelaide dan Latrobe University di Melbourne, melakukan penelitian terkait seberapa baik SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, menginfeksi hewan yang berbeda.

Hasilnya, virus corona mengikatkan diri pada molekul reseptor ACE2 dalam sel paru-paru menggunakan lonjakan protein. Semakin erat virus itu melekat, semakin tipis kemungkinan untuk dihilangkan, dan semakin besar potensi penyakit ini menjadi inang.

Sebenarnya Petrovsky berharap bisa menemukan hewan yang paling rentan terhadap virus itu, semisal kelelawar, dan juga menjadi sumber asli virus. Namun, dia terkejut ketika menemukan bahwa manusialah yang paling rentan.

Lebih lanjut, menurut dia, ketika menginfeksi tempat baru, virus biasanya membutuhkan waktu untuk menjadi lebih kuat. Tetapi tidak bagi Covid-19, tanpa perlu berevolusi sudah langsung optimal sejak pertama kali tertular.

''Ini adalah virus baru yang belum pernah ada pada manusia. Tetapi yang mengejutkan, memiliki ikatan yang sangat tinggi pada reseptor manusia,'' tandasnya. ***

Editor:hasan b
Sumber:sindonews.com
Kategori:Kesehatan
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/