Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
2
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
13 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
3
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
11 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
4
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
9 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
5
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
9 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
6
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
9 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Kesulitan Cari Makan, Orang Rimba Jambi Jadi Korban Penyerangan di Tengah Covid-19

Kesulitan Cari Makan, Orang Rimba Jambi Jadi Korban Penyerangan di Tengah Covid-19
Jum'at, 15 Mei 2020 16:31 WIB
JAKARTA - Orang Rimba kelompok Sikar di Sungai Mendelang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Jambi, menjadi korban penyerangan di tengah pandemi Covid-19.

Insiden ini terjadi pada Selasa lalu, 12 Mei 2020. Koordinator Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) Sukmareni menceritakan, delapan Orang Rimba kelompok Sikar itu hendak mengambil brondolan, buah sawit yang jatuh dari tandannya, di perkebunan milik PT Sari Adytia Loka Astra Group.

"Mereka belum ambil brondolan, terus diusir satpam," kata Sukmareni dilansir GoNews.co dari Tempo, Kamis, 14 Mei 2020.

Orang Rimba kelompok Sikar adalah Begendang, Parang, Bujang Kecik, Mak Erot, Betenda, Nenek, Natas, dan Ebun. Mereka kerap mengambil brondolan di sana, karena lahan yang dijadikan perkebunan sawit itu sebelumnya adalah hutan yang menjadi tempat tinggal mereka. Sehingga, Orang Rimba yang tak memiliki hutan harus bertahan di bawah perkebunan sawit.

Setelah diusir, Orang Rimba itu pun putar balik. Namun, petugas keamanan terus mengiringi mereka dari belakang. Menurut Sukmareni, Orang Rimba merasa kesal karena selalu diikuti walau sudah berada jauh dari lokasi perkebunan sawit.

Mulanya, Orang Rimba dan petugas keamanan ini perang mulut. Lalu terjadi lah bentrok. Orang Rimba kemudian lari ke permukiman mereka. Bentrok berlanjut setelah petugas keamanan mengajak sejumlah masyarakat desa untuk menyerang Orang Rimba.

"Pondok dan pakaian mereka dihancurkan. Satu motor Orang Rimba dibawa dan infonya ada di kantor polisi," kata dia.

Saat pandemi ini, Sukmareni menceritakan kelompok Orang Rimba mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Pasalnya, mereka biasa berburu. Tetapi tempat penampungan hasil buruan sedang tutup karena isu virus corona ditularkan dari hewan ke manusia.

Satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan mereka adalah dengan mengambil brondolan, lalu menjualnya. Hasil penjualan itu untuk membeli beras.

Sebagian kelompok Orang Rimba sudah mendapat bantuan sosial, namun belum merata. Itu pun, kata Sukmareni, masih belum cukup untuk kebutuhan 1 keluarga.

Sukmareni pun berharap, pemerintah memperhatikan masyarakat adat yang sudah kehilangan hutan. Misalnya, dengan mengalokasikan lahan ke Orang Rimba untuk sumber penghidupan mereka. Sebab, konflik Orang Rimba dengan perusahaan sawit ini kerap berulang sejak 1990-an. "Konflik akan terus terjadi kalau tidak diurai," ujarnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Tempo.co
Kategori:Peristiwa, Pemerintahan, Politik, GoNews Group, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/