Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
17 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
13 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
13 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
5
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
13 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
6
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
14 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Home  /  Berita  /  Nasional

Pandemi Corona Menguak Ketergantungan Indonesia pada China, Ini Buktinya

Pandemi Corona Menguak Ketergantungan Indonesia pada China, Ini Buktinya
Ekonom Aviliani. (int)
Sabtu, 25 April 2020 13:39 WIB
JAKARTA - Pandemi virus corona semakin menguak besarnya ketergantungan Indonesia pada China.

Hal itu disampaikan ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, dalam diskusi Smart FM, Sabtu (25/4/2020). ''Ketika China punya problem, itu sangat berpengaruh ke Indonesia. Pertama dari pariwisata, lalu merambah ke manufaktur,'' ujar Aviliani, seperti dikutip dari Tempo.co.

Dikatakan Aviliani, saat ekonomi China lesu dan produksi menurun, Indonesia kelabakan mencari rantai pasokan dari negara-negara lain. Dari kondisi ini pula, ia memandang Indonesia selama ini belum membuka diri terhadap negara-negara di luar China.

Aviliani menyarankan, setelah pandemi virus corona berakhir, Indonesia harus menjalin peluang dengan negara-negara lain di luar China. Indonesia, kata dia, mesti menjadi bagian dari rantai pasokan, bukan lagi negara yang tergantung pada impor.

''Maka policy-nya dari pemerintah juga harus mulai diubah. Jadi ke depan, kita fokusnya value chain,'' ujar Aviliani.

Sebelumnya, ekonom Indef lainnya, Ahmad Heri Firdaus, juga berpendapat serupa. Ia mengatakan bahwa produk Indonesia masih sangat bergantung pada bahan baku impor dari Cina.

Ahmad menyebut, misalnya untuk impor komponen ponsel, Cina memberikan 62 persen, Hongkong 22 persen, dan Taiwan 8,9 persen. 

''Dalam kondisi ini, seharusnya Indonesia melakukan diplomasi bilateral dengan Hong Kong dan Taiwan untuk negoisasi apakah kedua negara tersebut mampu menggantikan peran Cina dalam mensupport komponen HP dan sebagainya,'' kata Ahmad, 15 Maret lalu. ***

Editor:hasan b
Sumber:tempo.co
Kategori:Ekonomi, Nasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/