Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
9 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
9 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
3
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
6 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
4
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
9 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
5
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
16 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
6
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
6 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Home  /  Berita  /  DKI Jakarta

Wabah Corona, Komisi XI DPR: Indonesia Perlu Evaluasi Kebijakan Impor

Wabah Corona, Komisi XI DPR: Indonesia Perlu Evaluasi Kebijakan Impor
Selasa, 17 Maret 2020 17:41 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Merebaknya virus corona yang menjadi pandemic global tentu mempengaruhi ekonomi dunia, dimulai dari pasar saham yang cenderung turun hingga mempengaruhi rantai pasokan bahan baku dari negara-negara pengimpor.

Kasus positif corona di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat, menurut anggota Komisi XI DPR dari Fraksi NasDem, Ahmad Hatari, setidaknya memberi pelajaran terhadap kebijakan impor Indonesia.

"Ketergantungan yang begitu besar terhadap impor dalam kondisi darurat seperti ini, menjadi bumerang tersendiri bagi Indonesia," ujarnya, Selasa (17/3/2020) di Jakarta.

Hatari memberikan contoh, sebagian besar bahan baku untuk pembuatan masker dan hand sanitizer, saat ini masih diimpor dari India dan China, belum lagi dari industri lain yang erat kaitannya dengan negara-negara pandemi corona.

Legislator NasDem ini menegaskan bahwa kebijakan impor Indonesia harus dievaluasi. "Terlebih neraca perdagangan kita dengan negara pandemi corona mengalami defisit," tegasnya.

Ia menyebutkan, neraca perdagangan dengan China pada 2019 saja sudah defisit 11 miliar dolar AS dari produk nonmigas. "Defisit neraca perdagangan ini harus dimaknai bahwa kita terlalu banyak impor. Ketika corona menjadi pandemi dunia, ini yang harus kita evaluasi kebijakannya. Bisa-bisa ekonomi nasional lumpuh kalau tergantung pada impor," tegas politisi asal Maluku Utara ini.

Indonesia kata Dia, harus mampu menciptakan industri dalam negeri yang kuat, baik industri hulu maupun hilir. "Penguatan ekonomi ini perlu dilakukan di tengah hilirisasi produk namun bahan baku sebagian besar impor."

Menurut dia, ada dua mata pisau dalam kejadian corona ini, di satu sisi pandemi corona sangat mengerikan, namun di sisi lain neraca perdagangan Indonesia surplus karena saat ini tidak memungkinkan untuk impor. Dalam tingkatan kebijakan, Hatari mengusulkan kebijakan-kebijakan strategis Indonesia agar terus dijaga, terutama neraca perdagangan. "Sebab neraca perdagangan adalah pertanda bahwa kita masih tergantung pada impor," katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan per Februari 2020 mengalami surplus. Hal ini dikarenakan penurunan impor  migas tercatat sebesar 1,75 miliar dolar AS atau turun 12,05 persen dari 1,99 miliar dolar AS.

Sementara impor nonmigas senilai 9,85 miliar dolar AS atau mengalami koreksi 19,77 persen dari 12,28 miliar dolar AS.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/