Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
23 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
2
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
21 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
3
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
4
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
19 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
5
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
18 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
6
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Umum
19 jam yang lalu
Ed Sheeran Pilih Fokus Tur, Belum Mau Rilis Lagu Baru Tahun Ini
Home  /  Berita  /  Lingkungan

Perang Air Bukan Ritual Agama, Begini Penjelasannya

Perang Air Bukan Ritual Agama, Begini Penjelasannya
Saat berlangsungnya Perang Air di kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Senin (27/1/2020).
Senin, 27 Januari 2020 19:20 WIB
Penulis: Gunawan
SELATPANJANG - Wakil Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Said Hasyim menegaskan bahwa Iven Perang Air bukan ritual agama melainkan kebiasaan masyarakat saat menyambut hari-hari besar.

Hal itu ditegaskan wabup saat membuka secara resmi Festival Perang Air yang dipusatkan di Halaman Hotel Indobaru, Selatpanjang, pada Senin (25/1/2020) sore.

Kegiatan juga dihadiri Kabiro Kesra Setdaprov Riau H Masrul Kasmy, Presiden Institute Otonomi Daerah Prof. Dr. Djohermansyah Johan, Ketua DPRD Meranti Ardiansyah, Pj Sekdakab Meranti Bambang Suprianto SE MM, Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Taufiq Lukman Nurhidayat SIK MH, Danramil 02/Tebingtinggi Mayor Inf. Irwan, Kadisparpora Kepulauan Meranti Rizki Hidayat, Danposal Selatpanjang Letda Jery Hendra, Kepala Imigrasi Kelas II TPI Selatpanjang Maryana, dan ribuan peserta yang mengikuti Festival Perang Air.

Dijelaskan wabup, Perang Air sudah dikenal oleh masyarakat Meranti sejak dulu untuk mengekspresikan kegembiraan perayaan Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air, berangkat dari kebiasaan itu kini oleh masyarakat Tionghoa kembali disemarakkan dengan nama Cian Cui yang bertepatan dengan perayaan Imlek.

"Jadi Perang Air ini tidak ada hubungan dengan ritual keagamaan tetapi lahir dari kearifan lokal yang merupakan kebiasaan masyarakat sejak puluhan tahun lalu yang dikemas sedemikian rupa oleh masyarakat Tionghoa dan kebetulan bertepatan dengan perayaan Imlek," jelas Wabup Said Hasyim.

Untuk itu ia berharap kepada seluruh masyarakat Meranti khususnya peserta Perang Air, untuk dapat menjaga Ivent tersebut dengan baik tidak menodainya dengan hal yang negatif. Dan Pemkab Meranti sendiri ditegaskannya siap mendukung kegiatan ini dan berharap kepada Dinas terkait untuk semakin mengembangkannya.

"Kedepan kita akan meningkatkan lagi kualitas perang air ini, untuk itu mohon dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk mensukseskannya," harapnya.

Tak lupa Wabup juga mengajak seluruh masyarakat dari berbagai golongan untuk bersatu padu dalam kebinekaan bersama-sama membangun Meranti melalui pelaksanaan berbagai ivent wisata di Kepulauan Meranti.

Sebelumnya, salah seorang pencetus Ivent Perang Air di Kepulauan Meranti Uyung Permadi Sales, mengatakan bahwa Ivent Perang Air yang lebih dikenal dengan sebutan Cian Cui ini telah dilaksanakan sejak tahun 2013 lalu.

"Ivent Perang Air ini sengaja diangkat untuk memelihara dan melestarikan serta menumbuhkembangkan potensi wisata daerah yang mendunia," ujarnya.

Sekedar informasi, Perang Air telah berhasil menciptakan kegembiraan bagi seluruh warga Kepulauan Meranti. Semuanya berbaur menjadi satu bersuka ria menikmati suasana Perang Air yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun.

Dampak dari Perang Air ini sangat luar biasa bagi perekonomian di Kepulauan Meranti dimana hotel-hotel penuh, rumah makan dan transportasi becak ramai, tiket kapal habis, serta pusat-pusat perbelanjaan ramai dan tentunya ini sangat menguntungkan bagi masyarakat.

Cian Cui telah menjadi ivent terunik di dunia itu, karena merupakan satu-satunya di Indonesia dan hanya ada dua di dunia, Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti dan Thailand. Hebatnya lagi, jika di Thailand hanya berlangsung satu hari, di Meranti digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau tahun baru cina.

Kegiatan Perang Air atau Cian-Cui di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, dimulai pada sore hari tepatnya pukul 16.00 WIB -17.30 WIB. Dalam perang Air itu kelompok warga berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga yang menanti korbannya dipinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air seperti jalan Diponegoro, Kartini, Imam Bonjol dan Teuku Umar.

Bagi yang melewati jalan tersebut tak luput dari sasaran tembak warga lainnya hingga basah kuyup, hebatnya tak ada emosi dalam ivent ini kelompok warga maupun perorangan yang melakukan aksi itu sudah siap untuk ditembak dan menembak, hebatnya lagi semakin basah kuyup suasana menjadi semakin seru dan semarak.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/