Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
Olahraga
11 jam yang lalu
Persebaya Ingin Menang dengan Kebanggaan di Laga Terakhir
2
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
Olahraga
11 jam yang lalu
Kemenangan Penting Persija dari RANS Nusantara
3
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
Olahraga
11 jam yang lalu
Arema FC Fokus Recovery Hadapi Laga Terakhir
4
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
Olahraga
12 jam yang lalu
PSIS Semarang Terus Jaga Asa Tembus 4 Besar
5
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
Olahraga
11 jam yang lalu
Beri Kesempatan Pemain Minim Bermain, Marcelo Rospide Fokus Strategi Hadapi Persebaya
6
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
Olahraga
7 jam yang lalu
Aditya dan Novendra Melejit, Temur Kuybakarov Terlempar dari Klasemen Sementara
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pencegahan Terorisme Mesti Cermat Meneliti Sebab

Pencegahan Terorisme Mesti Cermat Meneliti Sebab
Dok. Koordinat Wartawan Parlemen
Senin, 25 November 2019 13:04 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Praktisi Prodi Kajian Terorisme Sekolah kajian Stratejik & Global UI, Dr. Can. Sapto Priyanto mengemukakan, penting bagi negara untuk memahami latar belakang dan sebab seseorang menjadi pelaku teror.

Secara teori, kata Sapto, setidaknya ada 3 alur yang bisa membawa seseorang menjadi pelaku teror. Pertama, proses masyarakat awam bergabung dengan suatu kelompok. Kedua, proses interaksi di dalam kelompok tersebut.

"Ketiga adalah dimana orang tersebut setuju atau menyetujui dengan aksi teror," kata Sapto saat menjadi pembicara diskusi bertajuk 'Paham Kebangsaan untuk Mencegah Terorisme' yang digelar di Kompleks MPR/DPR/DPD RI, Senin (25/11/2019).

"Ini teori Differential Association. Umumnya menjelaskan bagaimana seseorang itu menjadi pelaku kejahatan aksi teror," kata Sapto.

Menurut Sapto, dengan cermat menilai latar belakang tersebut, maka akan ditemukan formulasi penanganan terorisme yang tepat. Karena jelas, latar belakang tindakan-tindakan teror tidaklah sama. Termasuk untuk menentukan, seberapa tepat penggunaan paham kebangsaan untuk meng-counterterorisme.

"Penelitian saya di tahun 2011-2012 mengenai motivasi dan akar terorisme di Indonesia, itu 45,5% motivasi pelaku teror Indonesia adalah ideologis, sisanya ada situasional, ada mengenai kekerasan kolektif, ada juga separatist," ungkap Sapto.

"Jadi, tidak semuanya (ditangani dengan paham kebangsaan, red) karena tidak semuanya tadi masalah ideologis. Terkait kebangsaan, maka intervensinya juga tidak semuanya mululu kebangsaan," kata Sapto.

Meski demikian, menggunakan paham kebangsaan untuk mencegah terorisme tetap diperlukan. Toh, memang hampir separuh pelaku teror berdasarkan penelitian di tahun 2011-2012 itu, memang karena motivasi ideologi.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/