Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
2
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
12 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
3
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
10 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
4
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
8 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
5
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
8 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
6
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
8 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Fahri Hamzah: Banyak Kelompok Memilih Membonceng Kekuasaan, Ketimbang Beradu Narasi

Fahri Hamzah: Banyak Kelompok Memilih Membonceng Kekuasaan, Ketimbang Beradu Narasi
Sabtu, 20 Juli 2019 14:53 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa adu argumen atau sering disebut narasi dibutuhkan untuk membangun negeri menjadi lebih baik. Namun dalam pengamatannya, banyak kelompok yang tidak mau berpayah-payah membangun argumen.

"Mereka memilih membonceng kekuasaan dan membangun pengaruh dengan kekuasaan di belakang layar," kata Fahri Hamzah lewat cuitannya dalam akun Twitter pribadi, Sabtu (20/7/2019).

Karena, lanjut inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) ini, kekuasaan itu meski di tangan orang dungu dia tetap lebih berpengaruh dari pikiran raksasa para filsuf. Mengapa? Karena membangun pemikiran alternatif memang pekerjaan yang sulit.

“Tapi hal tersebut harus dilakukan untuk menahan laju pemerintah agar tidak kebablasan. Bagi oposisi, bangunlah mazhab berpikir yang serius,” ujarnya.

Fahri mengakui bahwa ide-ide yang muncul memang acapkali kalah saat berhadapan dengan aura kekuasaan dan uang yang meniup imajinasi publik dan syahwat sederhana.

"Tapi mengapa argumen tetap diperlukan? Karena semua pasti bermula dari ide dan pikiran. Bahkan pragmatisme pun adalah argumen. Sinisme itu ide,” terangnya.

Lebih lanjut, Fahri berharap penguasa akan melihat pikiran sebagai sesuatu yang berharga. Sehingga, ruang gerak bagi pikiran dibuka lebar dan kehendak untuk melakukan persekusi terhadap argumen ditutup rapat.

Menurutnya, semakin sedikit menggunakan pemaksaan dengan kekuasaan maka semakin harmoni tercipta. Tapi jika kekuasaan semakin memaksakan kehendak dan malas berargumen, maka kehancuran semakin cepat tercipta.

"Inilah hukum besi sejarah. Inilah hukum alam. Sunatullah dalam kehidupan,” tutup Anggota DPR RI dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/