Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
22 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
2
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
Umum
21 jam yang lalu
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
3
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Umum
21 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
4
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
7 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
5
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
6 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
6
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
5 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Aksi 22 Mei, Pengamat: Keikutsertaan Mantan Kopassus dan PPIR Lahir dari Rasa Simpati

Aksi 22 Mei, Pengamat: Keikutsertaan Mantan Kopassus dan PPIR Lahir dari Rasa Simpati
Senin, 20 Mei 2019 21:47 WIB
JAKARTA - Pengamat Politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menanggapi sikap sejumlah mantan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Prajurit Pejuang Indonesia Raya (PPIR), yang akan ikut turun gunung pada aksi 22 Mei 2019, Rabu besok. Dia menilai, langkah tersebut lahir dari simpati.

Menurut Dedi, hal ini merupakan dampak dari cara represif pemerintah dan aparat dalam menghadapi gerakan massa aksi yang hendak melakukan demo secara serentak di depan kantor KPU jelang pengumuman hasil Pemilu 2019. Akibatnya, berbagai kelompok justru bersimpati pada gerakan kedaulatan rakyat tersebut.

"Pemerintah harus bijak, jika tidak maka akan menyulut gerakan yang semakin solid dan berkembang. Kita punya pengalaman pada aksi-aksi sebelumnya, dimana pendekatan humanis jauh lebih baik daripada menekan dengan kekuasaan," ujar Dedi, melalui pesan singkat Aplikasi WhatsApp, Senin (20/5/2019).

Lebih jauh, peneliti Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik (PSDPP) ini menyampaikan, bahwa purnawirawan merupakan masyarakat biasa yang kembali memiliki hak politik.

"Purnawirawan masyarakat biasa yang kembali memiliki hak politik, sehingga keikutsertaan mereka sangat mungkin lahir dari simpati kepada publik," paparnya.

Tak hanya itu, Doktor Diplomasi Politik dan Kajian Media ini pun menegaskan, bahwa tindakan represif aparat kepolisian saat ini juga menjadi pemantik membesarnya simpati publik.

"Tentu menjadi salah satu pemantik, selain juga ada elit yang justru tidak berupaya meredam," ungkapnya.

Seperti diketahui, sebelumnya, Mantan Kapolda Metro Jaya, Komjen Pol (Purn) Mohammad Sofjan Jacoeb menyebutkan, bahwa pada tanggal 22 Mei 2019.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:VIVA.CO.ID
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/