Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
14 jam yang lalu
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
2
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
Olahraga
12 jam yang lalu
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
3
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
4
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
Olahraga
12 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
5
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Umum
7 jam yang lalu
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
6
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Olahraga
8 jam yang lalu
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Effendi Gazali Ungkap Pernah Menolak Keserentakan Pemilu dengan PT 20%

Effendi Gazali Ungkap Pernah Menolak Keserentakan Pemilu dengan PT 20%
Senin, 13 Mei 2019 23:20 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Pakar Komunikasi Politik yang juga inisiator Pemilu Serentak, Effendi Gazali mengungkapkan, dirinya pernah menolak jika Pemilu Serentak berlangsung dengan syarat Presidential Threshold 20%.

"Sebetulnya Oktober itu, di seluruh media kita bisa dengar bahwa ketika keluar hasil Undang-Undang Pemilu oleh DPR dan Pemerintah, kita sudah bilang 'itu jangan dilakukan serentak seperti itu'" kata Effendi kepada Wartawan, Senin (13/05/2019).

Meski begitu, Ia tak menampik jika dirinya pernah turut mengajukan gugagatan ke Mahkamah Konstitusi soal Pemilu pada 2013, silam. Kata Effendi, "bahwa saya pernah mengajukan ke mahkamah konstitusi, iya itu fakta,".

Komentar Effendi ini sebagai klarifikasi dari desakan yang muncul agar dirinya turut bertanggungjawab pasca jatuhnya korban massal baik korban tewas maupun sakit, dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019.

"Bahkan Buya Syafi'i Ma'arif juga kan mengatakan 'ini juga harusnya yang pernah mengatakan (mendukung Pemilu Serentak, red), menyabut mencabut ucapannya," ujar Effendi mencoba mengulang pernyataan Syafi'i Ma'arif.

Effendi mengaku dirinya pun berempati atas jatuhnya ratusan korban dalam gelaran Pemilu Serentak 2019 dan harus ada penanganan serius soal itu. Dan yang tak kalah penting untuk diungkap, menurut Effendi adalah, pensyaratan threshold 20% untuk Pemilihan Presiden dalam UU Pemilu itu.

"Harusnya ini manggil kami (dan bertanya, red) 'Anda mengajukan Pemilu serentak, kok sekarang jadi malah minta itu ditarik lagi?'" ujar Effendi.

Ia menambahkan, "karena (pandangan kami, red) Pemilu serentak itu presidential threshold-nya harus 0%. Kenapa? Ini, kami itu memikirkannya sejak 6 tahun yang lalu, 2013,".

Dalam analisa komunikas politik, kata Effendi, ketika Pemilu serentak itu dilakukan dengan adanya presidential threshold 20%, kalau dibagi 100% / 20% akan bisa muncul 5 pasang (Capres-Cawapres). "Padahal kita sudah tahu, nanti itu akan dibuat hanya 2 (paslon) saja. Dan terbukti kan, di 2014 dan 2019 lagi, kalau ini (jadinya hanya, red) 2 pasang (Capres-Cawapres),".

Ia menegaskan, "ini seakan-akan membiarkan bangsa terbelah dan diumpankan ke mulut menganga dan perusak. Ada kan yang namanya media sosial,".***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/