Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
23 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
2
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
24 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
3
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
23 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
4
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
9 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
5
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
9 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
6
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
9 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pemilu dan Pilpres Dianggap Semrawut, FSHP: Apa Mungkin KPU Merasa Mempunyai 'Backing'?

Pemilu dan Pilpres Dianggap Semrawut, FSHP: Apa Mungkin KPU Merasa Mempunyai Backing?
Sabtu, 20 April 2019 20:04 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Direktur Pusat Studi Hukum Pemilu (PSHP), Ikhwan Fahrojih menduga, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memilki "dekingan" sehingga cenderung abai terhadap masukan.

Hal itu, menyusul banyaknya persoalan yang terjadi dalam penyelenggaran Pemilu 2019 padahal KPU disebut telah mendapat banyak masukan pra pencoblosan.

"Mestinya hal tersebut menjadi cambuk untuk meningkatkan kinerjanya, namun ternyata sebaliknya. Apa mungkin KPU merasa mempunyai “backing” dari pihak tertentu?" kata Fahrojih dalam rilisnya, Jumat (19/04/2019) kemarin.

Diantara persoalan penyelenggaraan Pemilu 2019 yang menjadi sorotan PSHP adalah persoalan logistik yang menyebabkan, sebanyak 2.249 TPS yang harus melakukan pemilu susulan. Angka ini meningkat dari gelaran Pemilu 2004 dimana hanya terdapat 770 TPS yang mesti menyusul pencoblosa.

Ironi soal logistik berdampak pemilu susulan ini menjadi semakin kuat karena lokasi yang mesti dilakukan pemungutan suara susulan, juga terjadi di Bekasi yang bertetangga dengan Jakarta.

"Kalau keterlambatan itu terjadi di daerah yang jauh dari Jakarta misalnya di Papua, mungkin masih bisa dimaklumi tapi ini di wilayah yang dekat dengan Jakarta juga," ujar Fahrojih.

Soal lainnya, Ia melanjutkan; surat suara yang sudah tercoblos, surat suara kurang, rusak, maraknya money politics, DPT yang tak kunjung mutakhir.

Berbagai masalah tersebut, Fahrojih menegaskan, "dapat mengundang pertanyaan publik terkait dengan legitimasi Pemilu 2019,".***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:DKI Jakarta, Politik, Pemerintahan, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/