Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
Olahraga
12 jam yang lalu
Semangat Claudia Scheunemann untuk Garuda Pertiwi
2
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
Olahraga
11 jam yang lalu
Borneo FC Jalani Latihan Perdana Hadapi Championship Series
3
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
Olahraga
11 jam yang lalu
Bali United Fokus Persiapan Leg Pertama Championship Series
4
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
Olahraga
11 jam yang lalu
Tak Kesulitan Adaptasi, Sonny Stevens Pernah Jadi Striker
5
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
Olahraga
11 jam yang lalu
Elias Dolah Ingin Belajar Surfing
6
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Pemerintahan
12 jam yang lalu
Ketum PITA: Tiga Penghargaan Bappenas Bukti Kinerjanya Heru di DKI Moncer
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ini Cerita Bu Nis Penderita Kanker Tak Tercover BPJS yang Diceritakan Sandi

Ini Cerita Bu Nis Penderita Kanker Tak Tercover BPJS yang Diceritakan Sandi
Senin, 18 Maret 2019 16:06 WIB
SRAGEN - Dalam debat cawapres kemarin, Sandiaga Uno memunculkan sosok Bu Lis yang baru diketahui bernama Niswatin Naimah. Dia disebut sebagai penderita kanker payudara yang pengobatannya tidak dikover BPJS Kesehatan.

Kepada wartawan, perempuan asal Sragen itu memastikan bahwa yang disampaikan Sandiaga benar adanya. Dia pun menunjukkan bukti-bukti terkait sakit yang dia derita.

"Saat ini dokter mendiagnosa saya terkena kanker payudara stadium dua," kata Niswatin di kawasan Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Senin (18/3/2019).

Niswatin merupakan peserta BPJS kelas dua yang dibiayai secara mandiri. Dia mengatakan tidak bisa memperoleh pengobatan berupa suntikan herceptin.

Menurutnya, setelah menyelesaikan rangkaian pengobatan kemoterapi selama tujuh kali, seharusnya ia mendapatkan suntikan herceptin. Namun karena terkendala aturan, kata dia, jenis pengobatan ini tidak dia peroleh.

"Setelah pengobatan yang dikover BPJS, yang kemo dan sebagainya selesai, itu harus ada suntikan herceptin. Tapi terhalang aturan baru. Menurut informasi, dulu terkover tapi sekarang saya tidak mendapatkannya," ungkap dia.

Terakhir kali dia melakukan kemoterapi pada Oktober 2018. Hingga saat ini dia hanya mengonsumsi obat-obatan herbal.

"Selama ini herbal saja. Saya yakin kesembuhan itu dari Allah. Barangkali dari medis tidak saya dapatkan, harus ikhtiar yang lain," kata perempuan berusia 44 tahun itu.

Niswatin yang merupakan guru honorer SMK Muhammadiyah 1 Sragen mengaku tidak mampu membiayai suntikan tersebut karena harganya sekitar Rp 15 juta sekali suntik. Padahal paling tidak, dia harus mendapatkan delapan kali suntikan.

"Minimal delapan suntikan, walaupun kemarin dokter bilang yang efektif itu 16 kali suntikan. Itu pengobatan yang efektif buat penyakit saya," katanya.

Saat bertemu Sandiaga Uno di Pasar Bunder, Sragen, 30 Desember 2018 lalu, Niawatin mengaku spontan menyampaikam aspirasinya. Dia mengaku juga memperjuangkan nasib penderita kanker payudara lainnya.

"Saya yakin ada kasus-kasus yang seperti saya. Harapannya BPJS diperbaiki lebih baik lagi karena kemarin dikover, kenapa sekarang tidak," tutupnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Detik.com
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta, Jawa Tengah
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/