Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
10 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
18 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
3
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pemerintahan
9 jam yang lalu
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
4
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
6 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
5
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Umum
6 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
6
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
6 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pakar Psikologi Politik Ungkap Potensi Konflik di Pilpres 2019

Pakar Psikologi Politik Ungkap Potensi Konflik di Pilpres 2019
Senin, 11 Maret 2019 19:31 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Pakar Psikologi Politik, Dr. Irfan Aulia mengungkan alasan-alasan pemilih dalam menentukan pilihan. Dari teori yang dipaparkan, terungkap sebab yang menjadi potensi konflik di Pemilu 2019.

"Ada tiga hal yang membuat orang memilih, ini adalah penelitian (dan, red) di banyak negara mengakui tiga hal ini," kata Irfan dalam Diskusi 4 Pilar MPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (11/03/2109).

Pertama, Irfan menguraikan, orang memilih karena kesamaan identitas. (Kedua) orang memilih karena kesamaan value. Ketiga, orang memilih karena kesamaan emosi.

"Jadi kenapa ada konflik ketika pemilihan? Karena diverensiasinya nggak jelas!" ujarnya.

Ia kemudian mencotohkan; kesamaan identitas politik Prabowo dan Jokowi yang sama-sama berasal dari suku Jawa serta kesamaan value-nya kedua calon presiden itu dimana keduanya membawa nilai Pancasila, menyisakan perbedaan yang di segmen emosi pemilih.

"(Emosi, red)/Inilah yang akhirnya dimainkan. Kenapa hal ini terjadi karena memang hanya itu yang bisa dimainkan," kata Irfan.

Saat emosi jadi mainan politik, kata Irfan, maka akan muncul ribuan Hoax baik di Pilpres maupun Pileg 2019.

"Jadi masalah emosi ini paling berbahaya, paling kecil, paling ringan dan paling bisa memecah belah atau bisa menyatukan," katanya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/