Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
2
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
13 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
3
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
10 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
4
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
11 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
5
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
11 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
10 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Riau Harus Waspadai Banjir di Lahan Gambut, Bisa Tenggelamkan Pemukiman

Riau Harus Waspadai Banjir di Lahan Gambut, Bisa Tenggelamkan Pemukiman
Senin, 19 November 2018 02:03 WIB
PEKANBARU - Riau harus mewaspadai banjir yang terjadi di lahan gambut. Pasalnya, Riau memiliki 4,8 juta hektar lahan gambut yang tersebar di pedesaan.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau, DR Elviriadi mengatakan, lahan rawa gambut yang rawan banjir meliputi Kabupaten Kepulauan Meranti, Semenanjung Kampar dan Rohil.

''Sungai Tohor di Meranti itu canal blockingnya harus dibuka cepat cepat, kalau tidak, pemukiman masyarakat akan tenggelam dan tanaman sagu akan bisa mati,'' ujar Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu juga mengingatkan

Dikatakan, saat ini rawa gambut sudah kehilangan fungsi sebagai penyimpan air di musim hujan, dan pelepas air di kala kemarau. ''Jadi banjir bumi Lancang Kuning ini metofora doa Nabi Nuh, dari atas curah hujan tak tertampung sungai, dari bawah rawa gambut tak bisa "menolong" (berfungsi) manusia sebagai majikannya,'' ujar alumni UKM Malaysia itu menambahkan.

Dikata, tasik dan waduk alami desa sebagai retensi curah hujan telah tertimbun tanah. ''Akibat itu, ketinggian air terus meningkat tahun tahun ke depan. Pola pembangunan, perubahan iklim dan perusakan ekologis membuat pikiran kita buntu,'' ujar anak jati Selatpanjang ini. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:GoNews Group, Riau, Umum, Peristiwa
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/