Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
21 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
2
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
22 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
3
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
4
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
21 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
5
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
6
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Olahraga
16 jam yang lalu
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Heboh Remaja Mabuk Rebusan Pembalut, Ini Analisis KPAI

Heboh Remaja Mabuk Rebusan Pembalut, Ini Analisis KPAI
Kamis, 08 November 2018 15:44 WIB
JAKARTA - Kasus remaja mabuk rebusan pembalut bikin heboh. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut kasus ini bukan hal baru.

"Sesuai data yang masuk di KPAI, kasus ini bukanlah kasus baru," kata komisioner KPAI bidang kesehatan dan napza, Sitti Hikmawatty, dalam keterangannya, Kamis (8/11/2018).

Sitti mengungkap perilaku remaja yang mencari alternatif zat untuk nge-fly, tenang, ataupun gembira berawal dari coba-coba. Dari satu bahan, para remaja ini bisa meramu bahan lain demi bisa nge-fly.

"Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika di luar narkoba, maka beberapa zat 'temuan' para remaja ini termasuk kelompok eksperimen psikotropika. Jumlahnya belum bisa diprediksikan karena ini berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreativitas mereka 'meramu' bahan-bahan yang mudah di dapat di pasaran. Minum air rebusan pembalut juga didapat dari coba-coba, selain fenomena lain, seperti ngelem dan lain-lain," paparnya.

Ada faktor lain pemicu para remaja mencoba-coba hal seperti ini. Sitti menuturkan dorongan ekonomi hingga hasil pencarian internet membuat remaja ini makin 'kreatif' meramu racikan baru. Sayangnya, kreativitas itu berujung bahaya.

"Anak-anak ini banyak yang cerdas, karena dengan berbekal internet mereka bisa membuat beberapa varian baru, dari racikan coba-coba. Dan di sinilah tingkat resiko/bahaya menjadi meningkat karena mereka hanya concern pada satu zat tertentu dalam sebuah bahan, namun zat lainnya cenderung diabaikan sehingga reaksi sampingan yang terjadi bisa berakibat fatal," ungkap Sitti.

"Karena tidak mampu membeli karena tidak punya biaya, sementara sudah kecanduan, maka mereka berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi internet tadi, meracik sendiri ramuan-ramuan yang diharapkan akan memberikan hasil seperti kebutuhan mereka," sambungnya.

KPAI berkoordinasi dengan banyak pihak untuk menangani fenomena ini. Meski demikian, Sitti mengingatkan keluarga memegang peran penting untuk mencegah fenomena heboh semacam 'mabuk rebusan pembalut' ini.

"Deteksi dini atas perubahan perilaku anak-anak di sekitar kita, jika tidak ada alasan yang wajar, perlu menjadi bahan bagi para orang tua agar menjadi lebih waspada," tutup Sitti.***

Editor:Muslikhin Effendy
Sumber:Detik.com
Kategori:Jawa Tengah, DKI Jakarta, Hukum, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/