Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
17 jam yang lalu
Kadispora DKI Optimistis Timnas U-23 Indonesia Raih Tiket ke Olimpiade 2024 Paris
2
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
Pemerintahan
21 jam yang lalu
Tumpukan Sampah di Pesisir Marunda Kepu Dibersihkan
3
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
Olahraga
20 jam yang lalu
Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Tournament Meriah dan Seru, Terima Kasih Medan!
4
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
Olahraga
18 jam yang lalu
Shin Tae-yong Optimistis Indonesia Tumbangkan Irak
5
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
Olahraga
18 jam yang lalu
La Paene Masara : Menyedihkan Nasib Tinju Amatir Indonesia
6
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
17 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Malam Nanti, LAPAN Agam akan Rekam Hujan Meteor Perseid dengan Radar Khusus

Malam Nanti, LAPAN Agam akan Rekam Hujan Meteor Perseid dengan Radar Khusus
ilustrasi
Sabtu, 11 Agustus 2018 14:37 WIB
JAKARTA - Setelah hujan meteor Quadrantids pada awal Januari 2018 lalu, femonena hujan meteor akan kembali menyambangi bumi. Kali ini hujan meteor Perseid dapat disaksikan pada 11-12 Agustus 2018 malam.

Menurut Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, fenomena tersebut dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

“Semua wilayah Indonesia bisa melihatnya. Syaratnya, cuaca cerah, jauh dari polusi cahaya, dan medan pandang tidak terhalang,” tutur dia seperti dilansir Okezone, Sabtu (11/8/2018).

Lebih lanjut Thomas mengatakan, LAPAN daerah Agam, Sumatera Barat (Sumbar) dan Biak Papua akan merekam peristiwa tersebut dengan mengenakan radar meteor.

Seperti diketahui, LAPAN bekerjasama dengan Universitas Kyoto, Jepang, mengoperasikan radar meteor (Meteor Wind Radar) di dua daerah tersebut.

Tujuan utamanya adalah untuk penelitian angin di atmosfer atas, pada ketinggian 70-110 km. Namun radar meteor bisa juga digunakan untuk penelitian fluks meteor (jumlah meteor per jam).

Menurut Thomas, meteor adalah batuan atau debu antariksa yang memasuki atmosfer bumi dan terbakar pada ketinggian 70-110 km. Pada saat tertentu, bumi berpapasan dengan gugusan debu sisa komet sehingga debu-debunya memasuki atmosfer bumi dan terbakar dalam jumlah yang banyak.

Saat itulah, lanjut dia pengamat bisa menyaksikan hujan meteor dengan jumlah puluhan sampai ratusan meteor per jam. Jumlah ratusan meteor per jam biasanya disebut badai meteor, pada saat tertentu setelah komet induknya melintas dekat bumi.

Hujan meteor diberi nama sesuai dengan rasi bintang tempat meteor tampak terpancar. Titik itulah, yang disebut radian, adalah titik persinggungan atmosfer bumi dengan gugusan debu komet.

Sementara itu, untuk hujan meteor Perseid merupakan peristiwa yang terjadi setiap tahun antara 17 Juli dan 24 Agustus. Ini merupakan fenomena hujan meteor yang sering dikaitkan dengan komet Swift-Tuttle.

Dinamakan Perseid karena titik radian hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Perseus. Lengkapnya, meteor-meteor Perseid tersebut berasal dari serpihan debu ekor komet Swift-Tuttle (nama resmi: 109P/Swift-Tuttle) yang masuk ke atmosfer Bumi.(okz)

Editor:Arie RF
Sumber:Okezone.com
Kategori:Sumatera Barat, Peristiwa, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/