Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
20 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
2
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
20 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
18 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
18 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
5
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
19 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
6
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Olahraga
19 jam yang lalu
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Home  /  Berita  /  Riau

Banyak Kader Pindah Partai Saat Mendaftar Jadi Caleg, Ini Diantara Penyebabnya

Banyak Kader Pindah Partai Saat Mendaftar Jadi Caleg, Ini Diantara Penyebabnya
Selasa, 24 Juli 2018 02:15 WIB
Penulis: Winda Mayma Turnip
PEKANBARU - Jelang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019, terjadi fenomena kader atau politisi dari partai 'A' pindah ke partai 'B' dan mendaftarkan dirinya sebagai Bacaleg ke KPU menggunakan 'partai barunya'. Seperti Muhamad Adil dari Hanura yang pindah ke PKB, Said Usman Abdullah yang pindah dari PPP ke PAN, dan sebagainya.

Pengamat Politik Riau, Dr. Ahmad Tarmidzi dalam perbincangan bersama GoRiau.com, Senin, (23/7/2018), mengungkapkan, fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam dunia politik, dan salah satunya, biasanya berkaitan dengan pembayaran mahar.

Dimana, ada perbedaan antara harga mahar di partai lama yang lebih tinggi dibanding dengan partai baru, bahkan partai yang tidak memungut istilah mahar.

"Fenomena berpindah parpol ini saya rasa sudah menjadi hal yang biasa. Penyebab pertamanya mungkin 'perahu' yang baru tidak meminta mahar, atau mahar yang diminta lebih murah darpada mahar yang diminta dari partai sebelumnya," ujarnya.

Kemudian, faktor kedua yang menyebabkan fenomena ini, menurut Ahmad adalah kader tersebut merasa bahwa partainya yang lama tidak memperhitungkan dirinya sesuai harapan. Sehingga timbul perasaan tidak nyaman dan didukung oleh partai baru yang menyambut dan memberikannya 'keuntungan' yang lebih baik.

"Atau bisa saja kader - kader yang pindah partai ini, tidak lagi merasa diperhitungkan, tidak merasa dipakai lagi dipartainya yang lama. Sehingga, dia melihat bahwa partai baru yang menyambutnya, lebih memberinya ruang, maka dia melirik partai baru itu," jelasnya.

Meskipun demikian, ketika diwawancarai ditempat yang berbeda, Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) dari Partai Hanura, Suhardiman Amby kepada GoRiau.com justru mengatakan, kepindahan kadernya dari Hanura ke partai lain justru disayangkan. Karena sebagai Bapilu ia berharap, mengumpulkan seluruh kader yang berpotensi besar, seperti Muhamad Adil.

"Saya tentu maunya dia maju melalui Hanura, karena sebagai Bapilu, tentu saya ingin semua yang berpotensi bisa saya kumpulkan," ujar Suhardiman. ***

Kategori:Riau, Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/