Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Start Awal Urutan 21, Qarrar Firhand Finish di Podium 3
Olahraga
11 jam yang lalu
Start Awal Urutan 21, Qarrar Firhand Finish di Podium 3
2
Pelatih Timnas Wanita Panggil 34 Pemain Uji Coba Lawan Singapura
Olahraga
11 jam yang lalu
Pelatih Timnas Wanita Panggil 34 Pemain Uji Coba Lawan Singapura
3
Soal VAR, Ini Proses Persetujuan Dari FIFA
DKI Jakarta
10 jam yang lalu
Soal VAR, Ini Proses Persetujuan Dari FIFA
4
Aura Positif Ruang Ganti Persib Bandung Jelang Final Championship Series
Olahraga
10 jam yang lalu
Aura Positif Ruang Ganti Persib Bandung Jelang Final Championship Series
5
Ada Rekayasa Lalin di Dua Ruas Jalan Ini Mulai 22-26 Mei 2024
Umum
9 jam yang lalu
Ada Rekayasa Lalin di Dua Ruas Jalan Ini Mulai 22-26 Mei 2024
6
Dispusip DKI Rilis Buku Pemenang Hari Anak Jakarta
Umum
9 jam yang lalu
Dispusip DKI Rilis Buku Pemenang Hari Anak Jakarta
Home  /  Berita  /  Sumatera Utara

Harga Kakao di Sumut Meroket, Ini Penyebabnya

Harga Kakao di Sumut Meroket, Ini Penyebabnya
Kamis, 28 Juni 2018 16:01 WIB
MEDAN - Setelah melewati panen raya pada bulan April lalu, pasokan biji coklat (kakao) mulai menipis di pasaran. Kondisi ini pun membuat harganya terus naik dan di pasar internasional kini mencapai 1.830 Poundsterling per ton.

Meskipun realisasi harga kakao ini masih terbilang jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian di tahun 2016 yang sempat menyentuh 2.500 Poundsterling per ton-nya. Namun jika menilik kinerjanya selama tahun berjalan 2018, harga kakao tercatat mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

"Karena selama bulan Ka 2018, kakao sempat di bawah 1.500 Poundsterling per ton. Tapi aat ini harganya terus mengalami kenaikan dan bertengger dikisaran 1.830 Poundsterling per ton," kata ekonom Sumut Gunawan Benjamin, Kamis (28/6/2018).

Secara teknikal, harga kakao diperkirakan akan mendekati level psikologis 2.000 Poundsterling per ton-nya. Harga tersebut memang bisa tercapai jika tren kenaikan harga kakao ini terus berlanjut.

Namun, capaian harga tersebut berpeluang kembali menekan kinerja harga kakao ke depan, yang bisa mengakibatkan harga kakao tidak mampu melanjutkan tren kenaikannya. Terlebih saat ini ada perang dagang, yang sedikit membuyarkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global.

Tren pergerakan mata uang juga kerap mempengaruhi harga kakao. Dimana fluktuasi pada mata uang juga kerap mempengaruhi kinerja harga kakao itu sendiri. Sejauh ini, kakao masih mendapatkan tekanan dari sisi fundamental seperti gaya hidup masyarakat yang memiliki pola konsumsi makanan sehat.

Selain itu, harga kakao juga sangat dipengarui oleh sejumlah negara produsen kakao di wilayah ivory coast yang memang memiliki pengaruh terhadap sisi permintaan dan penawarannya.

"Hal inilah yang menjadi isu besar bagi harga kakao, yang berpotensi menekan harga jualnya," katanya.

Meroketnya harga kakao di pasar internasional ikut memberikan keuntungan bagi petani di Sumut. Setelah kakao hanya berkisar Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per kg pada bulan lalu, kini sudah mulai naik menjadi Rp 22.000 hingga Rp 23.000 per kg.

Suparmin, petani kakao di Langkat mengakui, saat ini buah memang sedang sedikit. "Sudah lewat panen raya makanya buahnya sedikit. Bisa pun hanya dapat 0,2 kg per pokok atau sekitar empat buah. Padahal kalau lagi panen raya, bisa lebih 1 kg per pokok. Tapi diharapkan nanti buahnya lebih banyak sehingga bisa mendapatkan untung lebih saat harga mahal seperti sekarang," katanya.***

Editor:Wen
Sumber:medanbisnis
Kategori:Sumatera Utara, Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/