Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
Olahraga
13 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-1 dari China, Gregoria Sampaikan Permohonan Maaf
2
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
Olahraga
13 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 dari China, Fadia/Ribka: Hasilnya Belum Sesuai
3
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
Olahraga
8 jam yang lalu
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
4
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
Olahraga
7 jam yang lalu
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
5
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
Olahraga
7 jam yang lalu
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
6
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Olahraga
7 jam yang lalu
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pengelolaan Gelora Bung Karno Harus Transparan

Pengelolaan Gelora Bung Karno Harus Transparan
Ketua Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI), Sarman. (Istimewa)
Selasa, 15 Mei 2018 18:28 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Komplek Gelora Bung Karno merupakan tempat bersejarah yang dibangun saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Perlu dicatat bahwa kontribusi masyarakat cukup besar sehingga komplek olahraga ini bisa berdiri di atas tanah seluas 279,1 hektar.

"Kita harus menghormati upaya Presiden Soekarno dan juga kerelaaan masyarakat untuk melepas lahannya demi terwujudnya komplek Gelora Bung Karno (GBK). Saat itu, masayarakat berpikir bahwa pembangunan GBK itu demi kepentingan bangsa dan negara serta mewujudkan keinginan Indonesia untuk bersaing dalam bidang olahraga di kancah internasional," kata Ketua Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI), Sarman di Jakarta, Selasa (15/5/2018). 

Atas dasar itulah, Sarman mendesak pemerintah harus menghargai sejarah pendirian GBK dan tidak sembarangan merestui penggantian nama Istora GBK dengan Blibli Arena. 

"Menpora Imam Nahrawi itu sudah salah kaprah dengan tidak mempermasalahkan adanya penggantian nama Istora GBK. Blibli itu mem-branding nama Istora karena namanya dan nilai asetnya lebih besar," ungkapnya. 

Dengan adanya nilai aset olahraga yang cukup luas di tengah pusat bisnis tersebut, kata Sarman, dunia olahraga Indonesia seharusnya sudah tidak lagi kekurangan dana dalam pembinaan prestasi atlet. "Saya yakin dengan aset olahraga seluas 179,1 hektar sudah tidak ada keluhan tentang kekurangan dana pembinaan. Dan, KONI Pusat dan KOI yang merupakan lembaga non profit tak perlu lagi dipungut bayaran untuk menempati kantor di GBK," tegasnya. 

Selama ini, kata Sarman, tidak ada keterbukaan mengenai pendapatan dalam pengelolaan GBK dan kepada perusahaan mana saja lahan GBK disewakan. "Kawasan GBK itu adalah aset negara. Jadi, masyarakat harus tahu kemana saja lahan itu disewakan dan berapa pendapatan yang diperoleh. Jangan sampai aset negara itu sampai hilang," jelasnya. 

Bagaimana dengan adanya keluhan bahwa pendapatan dari penyewaan lahan tidak mencukupi untuk biaya perawatan GBK? "Pernyataan itu tidak bisa dipertanggung jawabkan. Kalau pengelolaannya diserahkan kepada tenaga profesional pasti tidak akan terjadi. Selama ini, saya melihat adanya penunjukan langsung dari penguasa," tandasnya.***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Umum, Peristiwa, Olahraga, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/